TUGAS ORGANISASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN “MANAJEMEN KEBIDANAN”
TUGAS
ORGANISASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
“MANAJEMEN KEBIDANAN”
OLEH
KELOMPOK IV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
KATA PENGANTAR
ORGANISASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
“MANAJEMEN KEBIDANAN”
OLEH
KELOMPOK IV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya, shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah
berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Manajemen Kebidanan”.
Adapun
tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata ajar
Organisasi Mutu Pelayanan Kebidanan. Dalam Penyusunan makalah ini, kami
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya, dan bagi para pembaca pada
umumnya. Aamiin. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.
Kendari, 16 Juli 2014
Penyusun
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Bidan sebagai seorang pemberi
layanan kesehatan (health provider) harus dapat melaksanakan pelayanan
kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan
sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang
kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen
kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga
konsep dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih
lanjut tentang manajemen kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan,
adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka
diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai
seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula
ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal
memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi
manager yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk
itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara
umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen
skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu
metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan
merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam
menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan mempunyai peran
penting dalam menunjang kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan
pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh karena itu, kami menyusun makalah
ini dengan judul “MANAJEMEN KEBIDANAN “ selain sebagai tugas kelompok juga
dapat dijadikan referensi bagi pembaca.
1
1.2. Rumusan
Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan Konsep Dasar Manajemen?
b. Apa
yang dimaksud dengan Manajemen Kebidanan?
1.3. Tujuan
a. Untuk
mengetahui Konsep Dasar Manajemen
b. Untuk
mengetahui Manajemen Kebidanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Konsep Dasar Manajemen
Akar atau dasar manajemen kebidanan,
adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan
bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan,
dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam
suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam
rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal
terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori
manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
1. Pengertian
Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah seni dalam
melaksanakan suatu kegiatan melalui orang – orang (Mary Parker Follet)1.
Manajemen sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya
yang ada sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di
terjemahkan sebagai “tata laksana”.
Manajemen adalah suaytu proses atau
karangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang –
orang kearah tujuan – tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata
(George R. Terry dan Leslie W. Rue)2.
Menurut grant dan masey3,
1999 yang di kutip oleh nursalam, manajemen merupakan suatu pendekatan yang
dinamis dan aktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
3
Menurut Rosmery E. Cross (2001)4,
“ management is a highly process and manager is some one who gets done trought
of others”. Manajemen adalah sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah
seorang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.
Manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah “ managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanannya
disebut managar atau pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan
fungsii manajemen dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia bertanggung
jawab atas pekerjaannya sendiri dan orang lain, menyeimbangkkan tujuan yang
saling bertentangan dan menentukan prioritas, mampu berfikir secara analisis
dan konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu
mengambil keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan.
Seorang maneger yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager
yang baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2. Teori-teori Manajemen
a) Teori manajemen ilmiah ( Scientific
Management Theory )
Teori
mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah sangat penting, karena berhubungan
langsung dengan proses produksi, dan menentukan berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai target yang ditentukan (Frederick W. Taylor )5.
b) Teori administratif ( Administratif
Theory)
Teori
ini menganggap yang penting adalah organisasi pada tingkat teratas, karena
segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika para manajer dapat manajer dapat
menggerakkan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.
c) Teori motivasional ( motivational
Theory )
Teori
ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah seseorang yang dapat memotivasi
stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan staf tersebut.
4
d) Teori situasional ( Situational
Theory )
Teori
ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan motivasi pada seseorang untuk
melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan :
1)
Pencapaian tujuan yang diharapkan.
2)
Kepuasan pribadi
3)
Reward
3. Fungsi-fungsi
manajemen
Menurut Ibnu Syamsi fungsi1
manajemen terdiri dari :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi mengatur pelaksanaan
1) Pengorganisasian (organizing)
2) Penyiapan tenaga (staffing)
3) Pengarahan (directing)
4) Pengkordinasian (coordinating)
5) Permintaan laporan ( reporting )
1) Pengorganisasian (organizing)
2) Penyiapan tenaga (staffing)
3) Pengarahan (directing)
4) Pengkordinasian (coordinating)
5) Permintaan laporan ( reporting )
3. Fungsi pengendalian (controlling )
4. Fungsi pengembangan (development )
Proses manajemen menurut Rosmerry E.
Cross 2 adalah :
1) Forecasting, Planning, and
Development (ramalan, perencanaan, dan pengembangan )
2) Managing Human Resourch (Manajemen
Sumber Daya Manusia )
3) Policy Making ( Penetapan
Kebijaksanaa)
4) Organizing ( Pengorganisasian )
5) Communicating (komunikasi )
6) Motivating ( Motivasi )
7) Coordinating (Koordinasi )
8) Controlling ( pengendalian )
9) Information Handling ( Pengaturan
Informasi )
5
10) Problem Solving and decision making
( pemecahan masalah dan pengambilan keputusan )
Manajemen adalah suatu bentuk kerja.
Manajer dalam pekerjaannya harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang
dinamakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu sebagai berikut :
1. Planning ( Perencanaan)
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2. Organizing
Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
3. Staffing
Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja.
Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja.
4. Controlling (pengawasan)
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Secara umum unsur-unsur dari
manajemen yaitu :
1. Manusia, yaitu tenaga kerja
(manusia)
2. Money, yaitu uang yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan.
3. Methods, yaitu cara-cara yang
digunakan dalam pencapaian tujuan.
4. Material, yaitu bahan-bahan yang
digunakan untuk mancapai tujuan.
5. Machines, yaitu peralatan yang
diperlukan untul mancapai tujuan.
6. Market, yaitu pasar untuk menjual
output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
4. Manajemen Skill
Menurut La Monica terdapat 3
kategori yang harus dimiliki oleh sorang manajer yaitu :
6
1. Technical skill
Kemampuan untuk menggunakan penegtahuan, metoda, teknik, untuk melaksanakan
tugas-tugas dan pekerjaa, didapatkan melalui pengalaman, pendidikan dan
latihan.
2. Human skill
Kemampuan untuk bekerja dengan baik
bersama staf, yang meliputi pengertian dan motivasi yang diberikan dan dengan
melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
3. Conceptual skill
1. Mempunyai kemampuan untuk mengetahui
seluk beluk organisasi
2. Melaksanakan peran dan tanggungjawab
dengan baik
3. Menggunakan pengetahuan untuk menata
organisasi
4. Melakukan kontak mata dengan staf
dan melakukan komunikasi yang efektif.
2.2. Manajemen Kebidanan
Berdasarkan uraian di atas mengenai
konsep manajemen secara umum kami akan membahas bagaimana manajemen kebidanan
manajemen kebidanan kaitannya dengan peran dan fungsi seorang bidan di dalam
prakteknya secara professional, dituntut tanggungjawab manajerial yang bermutu.
Untuk itu metode ilmiah akan dapat dilakukan bila telah memahami betul teknik –
teknik manajemen yang adekuat. Artinya di dalam prakteknya yang penuh
tanggungjawab itu dilakukan menggunakan teori-teori dan prinsip manajemen ,
yang telah diakui secara nasional maupun internasional. Dengan perkataan lain,
bidan praktek telah menggunakan manajemen kebidanan yang adekuat dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kliennya.
1.
Pengertian Manajemen
Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu
metode proses berfikir logis sistematis dalam member asuhan kebidanan,
7
agar menguntungkan kedua belah pihak
baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan
merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam
menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan
menurut beberapa sumber :
a. Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 1
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b. Menurut Depkes RI, 2005 2
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
c. Menurut Helen Varney (1997) 3
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan
kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis dalam melaksanakan proses
manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan. Menurut Helen Varney, ia
mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah
yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukanyang tepat.
8
Oleh karena itu, bidan dituntut
untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan
pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus. Praktek
kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya
mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada
pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan
ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini
merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Asuhan yang diberiakan oleh bidan
harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan sistematis sesuai dengan
metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik bagi pemberi
asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai
data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang
professional memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban memberikan
asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang
dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat
diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau
anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan
untuk mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil
bahagia sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut
digunakan metode dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan
pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan
kemudian merumuskan permasalahan tersebut serta akhirnya mengambil langkah
pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam
melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya pada
pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan pendekatan dengan metode pemecahan
masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan.
9
Manajemen kebidanan untuk
mengaplikasikan pendekatan itu, adalah :
a. Identifikasi dan analisis masalah
yang mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif dan analisis dari data
yang dikumpul/dicatat.
b. Perumusan (diagnosis) masalah utama,
masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta penentuan perlunya
konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
c. Penyusunan rencana tindakan
berdasarkan hasil perumusan.
d. Pelaksanaan tindakan kebidanan
sesuai dengan kewenangannya.
e. Evaluasi hasil tindakan. Hasil
evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan
yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.
Semua tahapan dari manajemen
kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan tanggung jawab dan tanggung gugat dan
juga untuk keperluan lain seperti referensi serta penelitian.
2.
Prinsip Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan
sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai menolong kelahiran bayi. Pada
zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah berpengalaman melahirkan
dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan.
Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang hamil dan
melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya
berdasarkan pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu
juga memberikan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus
menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan ilmu pengetahuan membuat kita,
bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin kritis terhadap mutu
pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan sudah selayaknya
berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan
berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).
10
Varney (1997) menjelaskan bahwa
prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan
yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui
5 langkah.
Setelah menggunakannya, Varney
(1997) melihat ada beberapa hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang
bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi
masalah atau diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan
analisa kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial ini.
Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah
tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan
mungkinjuga harus merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses
manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan
lebih kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada
kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke
IV di mana bidang diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk melakukan
deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan
segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera dapat
dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan
proses manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada
dasar pemikiran yang sama dengan proses manajemen menurut Varney.
Prinsip
proses manajemen kebidanan menurut Varney
Proses manajemen kebidanan sesuai
dengan standar yang dikeluarkan oleh American College Nurse
Midwife (ACNM) terdiri dari :Secara
sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan
dengan melakukan pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien,termasuk mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
a. Mengidentifikasi masalah dan membuat
diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar.
11
b. Mengindentifikasi kebutuhan terhadap
asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan
kesehatan bersama klen.
c. Memberi informasi dan support
sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap
kesehatannya.
d. Membuat rencana asuhan yang
komprehensif bersama klien.
e. Secara pribadi bertanggungjawab
terthadap implementasi rencana individual.
f. Melakukan konsultasi,perencanaan dan
melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan
asuhan selanjutnya.
g. Merencanakan manajemen
terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan bila ada
penyimpangan dari keadaan normal.
h. Melakukan evaluasi bersama klien
terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan
kebutuhan.
3. Sasaran Managemen Kebidanan
Manajemen kebidanan tidak hanya
diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga
diterapkan di dalam pelaksanaan pelayaanan kebidanan yang ditujukan kepada
keluarga dan masyarakat.manajemen kebidanan mendorong para bidan
menggunakan cara yang teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan
yang tepat dalam mencagahkan masalah klien dan kemudian akhirnya tujuan
mewujudkan kondisi ibu dan anak yang sehat dapat tercapai.
Seperti yang telah dikemukakan
di atas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh
bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai
dengan lingkup dan tanggungjawab bidang maka sasaran manajemen kebidanan
ditunjukan kepada baik individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok
masyarakat.
Individu sebagai sasaran didalam
asuhan kebidanan disebut klien.yang dimaksud klien di sini ialah setiap
individu yang dilayani oleh bidan baik itu sehat maupun sakit.klien yang sakit
disebut pasien.
12
upaya menyehatkan dan meningkatkan
status kesehatan keluarga akan lebih efektip bila dlakukan melalui ibu baik
didalam keluarga maupun didalam kelompok masyarakat. didalam pelaksanaan
manajemen kebidanan,bidan memandang keluarga dan kelompok masyarakat sebagai
kumpulan individi-individuyang berada di dalam suatu ikatan sosial dimana ibu
memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan
oleh bidan di dalam setiap melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan anak
dalam lingkup dan tanggungjawab.
4. Proses Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan dalam
bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut
langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan
tersebut adalah :
1. Identifikasi dan analisis masalah
Proses manajemen kebidanan dimulai
dengan langkah pertama identifikasi dan analisis masalah. Di dalam langkah
pertama ini bidan sebagai tenaga professional tidak dibenarkan untuk
menduga-duga masalah yang terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan
menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan
lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Langkah pertama ini mencakup
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis data atau fakta untuk perumusan
masalah. Langkah ini merupakan proses berfikir yang ditampilkan oleh
bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/
diderita pasien atau klien.
13
2. Diagnosis kebidanan
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan.
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan.
Penegakan diagnosis kebidanan
dijadikan dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup
pasien atau klien. Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan
adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan
mengganggu keselamatan hidup klien atau diantisipasi, dicegah dan diawasi serta
segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya.
3.
Perencanaan
Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan yang akan
dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai.
b. Menentukan tindakan sesuai dengan
masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup
kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
c. Menentukan kriteria evaluasi dan
keberhasilan.
4. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
14
Pada langkah ini bidan melakukan
secara mandiri, pada penanganan kasus yang di dalamnya memerlukan tindakan di
luar kewengangan bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan.
Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat
dan berkualitas. Selama pelaksanaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan
pasien atau klien.
5. Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan.
Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut memnjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan.
Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut memnjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Langkah –
langkah :
a. Mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan
b. Menginterpretasikan data untuk
mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
c. Mengindentifikasi diagnosis atau
masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta
rujukan berdasarkan kondisi klien.
e. Menyusun rencana asuhan secara
menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah-langkah sebelumnya.
f. Pelaksanaan langsung asuhan secara
efisien dan aman.
g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang
diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan
yang tidak efektif.
Melihat kembali penjelasan di atas
maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan
pola piker.
15
Bidan dalam melaksanakan asuhan
kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan
rasional, maka seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang
akan berdampak kurang baik untuk klien.
Langkah-langkah di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Langkah 1
: Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis. Dilakukan untuk
mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
1. Pemeriksaan khusus (inspeksi,
palpasi, auscultasi, dan perkusi )
2. Pemeriksaan penunjang (
laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan sebelumnya ).
Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah 2
: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi atas
data-data yang telah dikumpulkan.
16
Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnose
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan
:
1)
Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
2)
Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3)
Memiliki cirri khas kebidanan.
4)
Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5)
Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah 3
: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi
Penanganannya.
Pada langkah ini bidan
mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman.
Pada langkah ketiga ini bidan
dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi.
17
Sehingga langkah ini benar merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau
masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah 4
: Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultasi,
Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengindentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan
dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau
anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan
dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang
lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan
tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,
diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir.
18
Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan
kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Kaji ulang apakah tindakan segera
ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah 5
: Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap
rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan dilakukan klien.
Langkah 6
: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
secara efisien dan aman.
19
Perencanaan ini biasa dilakukan
seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang apakah semua rencana
asuha telah dilaksanakan.
Langkah 7
: Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan
evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa
proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka
perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan
tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen
umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen
ini dievaluasi dalam tulisan saja.
20
5.
Implementasi manajemen kebidanan
Identifikasi dan analisis masalah
Bila
seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal dari
kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis
masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data subjektif.
Data subjektif
a. Biodata mencakup identitas klien :
1. Nama yang jelas dan lengkap. Bila
perlu ditanyakan nama penggilan sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama
orant tua atau wali.
2. Umur dicatat dalam hitungan tahun.
Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan tahun dan bulan.
3. Alamat ditanyakan untuk maksud
mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui
alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
4. Pekerjaan klien ditanyakan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan
pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
5. Agama ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui
agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
6. Pendidikan klien ditanyakan untuk
mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan pendidikan
orang tua atau walinya.
21
b. Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan :
menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar, aliran darah
yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi
(metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual.
c. Riwayat perkawinan
Kawin
:
……………. Kali
Usia kawin pertama
: ……………. Kali
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. Jumlah kehamilan dan kelahiran : G
(gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).
2. Riwayat persalinan yaitu jarak
antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan.
3. Masalah/gangguan kesehatan yang
timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal : preeklampsi, infeksi, dll.
e. Riwayat ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan
penyakit kandungan mencakup : infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau
kanker, system reproduksi, operasi ginekologis.
f. Riwayat keluarga berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu
ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, alas an berhenti (bila tidak
memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi.
g. Riwayat kehamilan sekarang
Waktu mandapat haid terakhir,
keluhan berkaitan dengan kehamilan.
h. Gambaran penyakit yang
lalu.Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah yang
dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil,
penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ? kapan ?
berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya.
22
i.
Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang
perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan
kembar.
j.
Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial
perlu ditanyakan antara lain : jumlah anggota keluarga, dukungan moral
dan material dari keluarga, pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap
kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan
terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.
Data objektif
Data objektif
dikumpulkan melalui :
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan khusus.
3. Pemeriksaan penunjang.
a. Diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur
berikut perlu dicantumkan yaitu :
1. Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu
hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya).
2. Masalah utama dan penyebabnya.
3. Masalah potensial
4. Prognosis.
b. Rencana tindakan
Berdasarkan
diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus
dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil
yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
23
Tujuan di dalam rencana kegiatan
menunjukkan perbaikan-perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada
ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil
dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan
sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan dilakukan
berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan
merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam
keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis, maka di
dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh bidan ialah member dorongan
agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan dan kemudian memberikan
bimbingan dalam menyelesaikan persalinan. Rencana evaluasi dibuat untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan. Di dalam rencana
evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai. Misalnya, dalam evaluasi ibu di
masa persalinan, maka criteria evaluasi antara lain :
1.
Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.
2.
Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin
bertambah sewaktu mendekati kala II.
3.
DJJ harus selalu positif.
4.
Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran
persalinan.
5.
Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis
menengah sekitar 10 cm )
c. Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan oelh bidan
sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan
prosedur yang telah lazim diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan
tindakan pada kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :
1. Ibu mengedan sewaktu his menguat
2. Menekan dinding perineum agar tidak
robek
3. Mempermudah gerak rotasi kepala bayi
4. Mengeluarkan bahu dan seterusnya
sampai bayi lahir dengan sempurna.
24
Di dalam tahap ini, bidan melakukan
observasi sesuai dengan criteria evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan
perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan
sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku. Berbagai hal yang perlu mendapat
perhatian di dalam tahap pelaksanaan ini ialah :
1.
Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap
yang lazim dilakukan.
2.
Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan
criteria evaluasi yang ditetapkan.
3.
Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara
berangsur-angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat
melakukan asuhan secara mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas
kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam
melakukan tindakan, maka pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan
dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.
d. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi sesuai
dengan criteria yang telah ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan.
Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan
didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang
diharapakan.
Misalnya, ibu telah menyelesaikan
persalinan. Di dalam evaluasi menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal,
bayi lahir dengan selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar
denganspontan, dan tidak terjadi pendarahan setelah partus.
Maka hasil evaluasi menunjukkan
bahwa tujuan pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat
menyelesaikan persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang
dilahirkan juga dalam keadaan sehat.
25
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk
kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan
terhadap langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena
tindakan yang dilakukan kurang berhasil.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada dasarnya untuk melakukan
manajemen kebidanan memang harus melewati beberapa tahap. Seperti dikemukakan
Hellen Varney ada 7 langkah sedangkan dari depkes menyatakan 5 langkah. Pada
prinsipnya masing-masing pendapat sama, hanya berbeda dalam cara
pendokumentasiannya. Namun dalam penerapannya nanti tidaklah harus kaku
menggunakan 5 langkah atau 7 langkah yang perlu diingat bahwa dalam manajemen
kebidanan tersebut dilakukan secara sistematis dengan metode pendekatan
tertentu dalam membantu pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak.
Secara umum konsep manajemen
kebidanan berkualitas meliputi :
1. Manajemen dilakukan melalui
pendekatan dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen.
2. Meliputi seluruh kegiatan.
3. Meliputi seluruh aspek pelayanan dan
dedikasi aktif seluruh staf untuk mengidentifikasi seluruh konsumen.
4. Memberikan pelayanan secara
berkesinambungan.
5. Memonitor kepuasan konsumen.
6. Memahami kebutuhan dan memantau
perubahan yang terjadi melalui pemantauan ulang.
7. Meningkatkan sumber daya untuk
mengembangkan kualitas tindakan dab pelayanan khusus secara tetap melalui
prosedur dan system informasi yang fleksibel.
3.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih
terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima
saran dan kritik yang sifatnya membangun.
27
DAFTAR PUSTAKA
·
Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu :
Yogyakarta. Hal. 109
·
Estiwidani, dkk. 2009. Konsep Kebidanan. Fitramaya :
Yogyakarta. Hal. 117
·
Tadjuddin norma. Konsep Kebidanan. Poltekkes Kemenkes
Makassar : Makassar. Hal 70