PENGERTIAN LEUKIMIA (KANKER DARAH) PENYAKIT MEMATIKAN
Leukimia
adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari
sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal
(stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Penyakit
kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun,
penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih
dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki
stadium lanjut.
Leukimia
merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon yang
abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada
diferensiasi dan pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.
Diagnosa
leukimia akut dapat ditegakkan dari pemeriksaan hematologi Hb, leukosit,
tulang, yaitu tipe leukimia akut berdasarkan klasifikasi FAB.
Pewarnaan
sitokimia dapat menkonfirmasi asal leukimia akut apakah dari limfoid atau
mieloid. Dengan pemeriksaan immunopheno-typing diagnosis leukimia akut dapat
diketahui apakah mieloid atau limfoid, bahkan LLA dapat didiferensiasi lebih
lanjut apakah dari sel T ataukah sel B. Pemeriksaan sitogenik akan memberi
petunjuk ada/tidaknya aberasi kromosom.
Telah
dilakukan penelitian pada delapan subyek Leukimia akut, terdiri dari empat anak-anak,
seorang remaja, dua dewasa dan seorang Manula (tiga orang perempuan dan lima
orang laki-laki). Umur berkisar antara 4-82 tahun.
LMA
terdapat pada empat subyek, anak tigabelas tahun LMA-M3, dua dewasa LMA-M2 dan
seorang Manula LMA-M2. LLA sel T pada dua subyek, seorang anak dan seorang
dewasa. LLA sel B pada dua subyek, seorang anak dan seorang dewasa. LLA sel T
ditandai adanya CD3, CD5, dan CD7; LLA sel B ditandai adanya CD10, CD 19, CD20,
CD22 dan HLA-DR. lMA ditandai adanya CD13 dan CD33.
Bila
immunophenotyping (pada tujuh subyek) digunakan sebagai gold-standard untuk
diagnosis leukimia akut, maka diagnosis berdasar pemeriksaan HB, leukosit,
trombosit, hitung jenis dan morfologi sediaan apus darah tepi dan atau sumsum
tulang sensitivitasnya adalah 71,4%. Pewarnaan sitokimia terdiri dari MPO, SBB,
PAS, esterase spesifik dan esterase non-spesifik sensitivitas 100%.
Pemeriksaan
sitogenetik pada enam subyek, semuanya menunjukkan aberasi kromosom. Trisomi 21
terdapat pada tiga subyek (50%), terdapat dua subyek dengan “abberrant
expression”, yaitu disertai ekspresi sel mieloid pada LLA sel B dan ekspresi
sel B pada LLA sel T.
Terdapat
dua subyek dengan aberasi kromosom yang belum ditemui dalam literatur, yaitu
21, t(6;11)(q27;q23) pada anak LMA-M3 dan 17, 21, t(2;6)(q34;q26) pada remaja
LLA sel B.