Pengertian Definisi Teori Penyesuain Diri Interaksi Pembelajaran
Teori Penyesuain Diri
Pengertian
Penyesuain Diri
Konsep penyesuain diri ini pada awalnya berasal
dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, serta merupakan pula
konsep dasar dari teori evolusi Darwin dan tokoh ilmuan sosial lain. Dalam
biologi digunakan istialh adaptasi yang pada umumnya lebih mengarah pada
penyusuain diri dalam arti fisiologis atau biologis, dan ilmu sosial khususnya
psikologi diberi nama Adjusment yang
berarti suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan
tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyusuaikan dengan lingkungan
sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara
alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyusuaikan diri. Baik
adaptasi maupun adjustment secara sosiologis diterjemahkan dengan “proses
penyusuain diri”, baik dalam arti penyesuaian terhadap lingkungan alam fisik
maupun lingkungan sosial.
Satmoko dalam Ahkam (2004: 38), Penyesuain diri dipahami sebagai
interaksi seseorang yang kontinu dengan dirinya sendiri, orang lain dan
dunianya. Seseorang dikatakan mempunyai penyesuain diri yang berhasil apabila ia
dapat mencapai kepuasan dalam usahanya memenuhi kebutuhan, mengatasi
ketegangan, bebas dari berbagai simptom yang menganggu (seperti kecemasan
kronis, kemurungan, depresi, obesi, atau gangguan psikomatis yang dapat
menghambat tugas seseorang), frustasi dan konflik. Sebaiknya gangguan penyesuaian diri terjadi apabila
seseorang tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan menimbulkan respons
dan reaksi yang tidak efektif, situasi emosional tidak terkendali, dan keadaan
tidak memuaskan. Tinggi rendahnya penyesuaian
diri dapat diamati dari banyak sedikitnya hambatan penyesuain diri.
Schneiders dalam Ghufron (2010: 51), penyusuain diri mengandung
banyak arti, antara lain usaha manusia untuk menguasai tekanan akibat dorongan
kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan
realitas.Penyusuain diri adalah “suatu proses alamiah dan dinamis yang
bertujuan mengubah prilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai
dengan kondisi lingkungannya atau proses bagaimana individu mencapai
keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya”.
Penyesuaian diri merupakan cara tertentu yang dilakukan individu untuk bereaksi
terhadap tuntutan diri maupun tuntutan lingkungan. Penyesuain diri adalah suatu
proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara
sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya
dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup, (http://sarahdefina wordpress.com).
Gunarsa (1986: 126), penyusuain diri dapat dibagi
dua yaitu penyesuaian diri yang Autoplastis,
yakni seseorang yang dapat menyesuaikan diri sesuai dengan keadaan lingkungan
(bersifat pasif) dan penyesuain diri secara Aloplastis,
yakni seorang mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan dirinya. Andriati dalam Sahimu (2005: 9), dalam proses penyesuaian diri, awalnya
sekelompok orang melakukan adaptasi prilaku, yaitu proses menyesuaikan perilaku
sekelompok orang terhadap kondisi tertentu. Kelompok orang lain akan
mengikutinya setelah mereka mengerti dan memahami manfaatnya, proses ini
melalui proses ini melalui proses belajar. Mereka akhirnya memiliki atau
melakukan seperangkat perilaku tertentu untuk beraptasi terhadap lingkungannya,
yang di dalamnya terkandung nilai, tingkatan organisasi sosial dan teknologi
tertentu yang digunakan sekelompok orang
dalam mengadaptasi pada perubahan yang terjadi.
Gerungan (1996: 55),
menyesuaikan diri berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan,
tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri.
Penyesuaian diri dalam arti yang pertama disebut juga keinginan diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis =
dibentuk), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut juga disebut
penyesuaian diri yang aloplastis (alo
= yang lain). Jadi penyesuaian diri ada arti yang “pasif”, dimana kegiatan kita ditentukan oleh
lingkungan, dan ada artinya yang “aktif”, dimana kita dipengaruhi lingkungan. Respon
penyesuain, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu
upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara
kondisi-kondisi keseimbangan suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara
tuntunan internal dan tuntutan eksternal (Imam Gunawan, 2010). Tuntutan
internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari
dalam diri dalam diri seseorang, baik yang bersifat fisik maupun sosial maupun
sosial, misalnya kebutuhan makan, minum, seks, penghargaan sosial,
persahabatan, kecintaan dan sebagainya. Tuntutan eksternal adalah tuntutan yang
berasal dari luar diri individu, baik bersifat fisik maupun sosial, misalnya
keadaan iklim, lingkungan alam, individu lain dan masyarakat.
Ahmadi (1991: 156), proses penyesuaian diri itu
merupakan reaksi terhadap tuntutan-tuntutan tersebut dapat digolongkan menjadi
tuntutan internal dan eksternal. Tuntutan-tuntutan tersebut tidak selalu
serasi, kerapkali individu mengalami konflik-konflik tuntutan. Ada tiga jenis
pola tuntutan, yaitu :
1)
Konflik antara tuntutan internal yang
satu dengan tuntutan internal yang lain.
2)
Konflik antara tuntutan eksternal yang
satu dengan tuntutan eksternal yang lain.
3)
Konflik antara tuntutan internal dengan
tuntutan eksternal.
Apabila penyesuain diri
ditinjau dari sudut prosesnya, maka yang
dipandang adalah berlangsungya penyesuain diri itu, proses penyesuaian
diri itu suatu proses progresif yang memungkinkan individu makin menguasai
impuls-impuls dan lingkungannya (Ahmadi, 1991: 157). Dalam pelaksanaanya proses dan pola
penyesuaian diri tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan, kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai saja, tapi kadang-kadang lebih ditentukan oleh
lingkungannya sendiri baik itu lingkungan fisik-sosial-budaya yang berkembang
atau dikembangkan, (Bennet dalam Sahimu
2005: 2).
Berdasarkan
pendapat-pendapat para ahli tentang penyesuain diri di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi
tuntutan-tuntutan baik dari dalam diri maupun dari lingkungan sehingga terdapat
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan.