Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Sebagai Filsafat
Ruang Blog Pada zaman Yunani kuno, sejak lahirnya filsafat dan ilmu merupakan jalinan yang tidak dapat terpisahkan.Pada masa ini tidak terdapat pembedaan antara filsafat dan ilmu. Juga tidak dikenal pengertian ilmu seperti pada masa sekarang. Fenomena ini sudah tercermin dari pemikiran filsuf pertama, Thales, bahwa ilmu sebagai bagian dari filsafat. Ilmu sama halnya dengan filsafat menyangkut objek material tertentu, seperti tentang alam materi (fisik), walaupun terdapat perbedaan dari segi objek material, yaitu ilmu sebagaimana ilmu yang pada masa sekarang.Pada masa itu merupakan filsafat kealaman atau juga diistilahkan sebagai filsafat kedua dalam taksonomi aristoteles, yang mengkaji objek-objek fisik (konkrit atau eksak) secara empiris.
Secara historis, filsafat dan ilmu memiliki akar terminologis yang sama yaitu episteme yang kemudian berkembang menjadi istilah philosophia. Istilah philosophia pertama kali diperkenalkan oleh Pythagoras (abad ke 6 SM) yang berarti cinta kebijaksanaan. Dan pencinta kebijaksaan dinamakan philosophos (filsuf). Menurut Aristoteles, episteme merupakan “an organized body of rational knowledge with its proper object” (suatu kumpulan pengetahuan rasional yang teratur dan memiliki objek tertentu). Filsafat dan ilmu adalah pengetahuan rasional, pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran-pemikiran rasional. Atas dasar persamaan ini ilmu juga dipandang identik dengan filsafat atau dijuluki juga sebagai filsafat.
Peristiwa lahirnya filsafat pada abad ke-6 SM, di Yunani, menanadai terciptanya sejarah pergeseran paradigma pemikiran manusia dari pandangan-pandangan mitologis ke pola-pikir logis secara intelek atau rasional. Dari pendekatan-pendekatan praktis-alamiah menuju kerangka berpikir teoritis-ilmiah, pemikiran filsafat pada masa tersebut tidak hanya dipahami sebagai filsafat dalam pengertian sempit, tetapi mencakup pemikiran ilmiah pada umumnya. Pemikiran filsafat yang lahir di Yunani bukan hanya sebagai cikal-bakal filsafat sistematis sebagaimana yang dikenala pada masa sekarang. Tetapi sekaligus juga sebagai “nenek moyang” pemikiran ilmiah yang berkembang dewasa ini.Oleh karena itu para filsuf yang seperti Descartes, Kant, Hegel, atau Husserl dan para ilmuan seperti Newton, Planck, atau Einstein memiliki leluhur yang sama di negeri Yunani.
Eratnya hubungan antara ilmu dan filsafat juga dapat dipahami dari berbagai persepsi muncul dikalangan para pemikir, seperti Francis Bacon yang mengartikan filsafat sebagai induk dari ilmu-ilmu. Henry Sidgwick memandang filsafat sebagai ilmu dari ilmu-ilmu ( Scentia Scientiarum ). Seluruh cabang ilmu berakar dari filsafat sebagai dasarnya yang paling fundamental. Tidak satupun ilmu atau cabang-cabang ilmu ilmu yang dapat berdiri sendiri atau terlepas eksistensinya dari filsafat sebagai landasan historisnya. Hubungan ilmu dan filsafat terjalin dalam bingkai pengetahuan rasional.Sebuah konstruksi pengetahuan teoritis (Body of Knowledge) yang diilhami oleh penalaran logis dan tersususn secara sistematis.