Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Bar

MAKALAH PENYAKIT MENULAR SEKSUAL Penyakit Menular Seksual (PMS)

MAKALAH PENYAKIT MENULAR SEKSUAL 

Penyakit Menular Seksual (PMS) 

Oleh: 

dr. NINA INDRIYANI N 



I. Pengertian PMS 

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah : Suatu gangguan/ penyakit-penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. 

Pertama sekali penyakit ini sering disebut ‘Penyakit Kelamin’ atau Veneral Disease, tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah Penyakit Hubungan Seksual/ Seksually Transmitted Disease atau secara umum disebut Penyakit Menular Seksual (PMS). 

Penyakit ini sudah ada sejak zaman Mesir, dimana sebagai ilustrasi, pada tahun 1974 telah ditemukan sebanyak 850.000 kasus PMS/ tahun, dan diantaranya terdapat 1255 kasus Sifilis/ tahun. 

Pengertian lain, Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oraldan seks anal. Kata penyakit menular seksual semakin banyak digunakan, karena memiliki cakupan pada arti’ orang yang mungkin terinfeksi, dan mungkin mengeinfeksi orang lain dengan tanda-tanda kemunculan penyakit. 

Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum suntik dan juga kelahiran dan menyusui. Infeksi penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun. 

Pergaulan bebas di generasi muda Indonesia kini menjadi tak terbantahkan. Budaya Barat telah membunuh paksa budaya ketimuran kita yang terkenal beradab. Disini saya tidak menyebut budaya barat tidak beradab. Tetapi ada begitu banyak perbedaan budaya yang terlampau jauh sehingga bangsa Indonesia mengalami pergeseran budaya. 

Pergaulan ini mungkin sebuah trend tersendiri untuk menyebut diri kita sebagai kaum metropolis. Namun yang harus disadari adalah ada begitu banyak efek samping negative dari pergaulan bebas. Salah satunya penyakit seksual. Jika kita melakukan hubungan seksual dengan orang lain, walaupun hanya sekali, kita dapat terkena PMS. 



II. Pencegahan PMS

Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua, yaitu: 

1. Memutuskan rantai penularan infeksi PMS 

2. Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya. 

Dengan pencegahan secara tepat dan penganan secara dini PMS bisa ditangani dengan lebih baik. Yang penting sekali diingat adalah bentuk-bentuk gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya : 

1. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin 

2. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin 

3. bengkak atau merah di sekitar lat kelamin 

4. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil 

5. buang air kecil lebih sering dari biasanya 

6. demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh 

7. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari 

8. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal 

9. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll 

Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya perlu diwaspadai kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS. 

Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain : 

1. tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan· menggunakan kondom setiap hubungan seks 

2. menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya 

3. kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril 

Yang lebih penting dari semua itu adalah menjaga nilai-nilai moral, agama, nilai etika dan norma kehidupan bermasyarakat karena dengan moral dan etika yang baik kita akan terhindar dari gangguan atau penyakit yang akan membawa kita dalam masalah serius. 

Penyakit kelamin sudah lama dikenal di beberapa negara, terutama yang paling populer di antaranya adalah Sifilis dan Gonorrhoe. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, makin banyak juga ditemukan jenis-jenis penyakit baru, sehingga istilah Penyakit Kelamin yang dulu banyak disebut sudah dianggap tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Seksually Transmited Disease (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Karena pada kenyataanya penyakit-penyakit tersebut tidak hanya mengenai juga organ-organ yang lain.Dari tahun ke tahun insiden PMS bisa dikatakan semakin meningkat, terbukti dari data yang diperoleh terlihat setiap tahun tidak kurang dari 250 kasus baru ditemukan dan dari jumlah tersebut 30-50% merupakan penyakit-penyakit yang tergolong PMS. Peningkatan Insident tersebut secara tidak langsung juga terjadi karena semakin banyaknya kelompok perilaku-perilaku berisiko tinggi, seperti: anak-anak usia remaja, PSK (Pekerja Seks Komersial), pecandu narkotika, kaum homoseksual, dll. 

PMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai sekarang pengobatan yang paling manjur masih belum ditemukan. Apalagi komplikasi dari PMS (termasuk AIDS) bisa dibilang banyak dan akibatnya pun cukup fatal, antara lain : 

1. kemandulan 

2. kecacatan 

3. gangguan kehamilan 

4. kanker 

5. kematian 

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pola penyakit ini secara prinsip terbagi 2 faktor, yaitu: faktor medis dan faktor sosial. 



III. Seksualitas dan Penyakit Menular Seksual 

Ada dua jenis penyakit menular seksual yang paling umum yaitu Human Pappilomavirus (HPV) dan Chlamydia, keduanya menyebar tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu. 

Para penderita HPV pada umumnya tidak akan mengetahui terkena virus itu setelah tiga minggu. Mereka tidak akan merasa sakit dan merasa sehat saja. Padahal virus tersebut sangat berbahaya jika tidak segera diobati. Virus tersebut akan menyebabkan perubahan sel-sel pada leher rahim yang pada kasus tertentu akan mengakibatkan penyakit kanker. 

Dalam kasus chlamydia, sebagian besar penderita juga tidak menunjukkan gejala tertentu. Jika positif terinfeksi chlamydia, sebaiknya Anda dan pasangan menjalani pengobatan antibiotik selama tujuh hari. Bila tidak segera diperiksakan, virus ini bisa menyebabkan penyakit radang rongga pinggul, yaitu infeksi pada saluran reproduksi bagian atas, serta bisa menyebabkan kemandulan. 

Karena itu, setiap wanita di bawah 25 tahun yang telah melakukan hubungan seks secara aktif sebaiknya melakukan tes chlamydia, setidaknya setahun sekali. 

Perempuan lebih rentan tertular PMS dibandingkan dengan laki-laki. Alasan utamanya adalah: 

1. Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan sperma. Jika sperma terinfeksi oleh PMS, maka perempuan tsb pun bisa terinfeksi 

2. Jika perempuan terinfeksi PMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi 

3. Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita PMS. 

Jika dibiarkan saja tanpa ditangani, PMS dapat menghancurkan orang yang terinfeksi, seperti: 

1. Kemandulan baik pria atau wanita 

2. Kanker leher rahim pada wanita 

3. Kehamilan di luar rahim 

4. Infeksi yang menyebar 

5. Bayi lahir dengan kelahiran yang tidak seharusnya, seperti lahir sebelum cukup umur, berat badan lahir rendah, atau terinfeksi PMS 

6. Infeksi HIV 



IV. Gejala Umum Penyakit Menular Seksual 

TABEL GEJALA UMUM PENYAKIT MENULAR SEKSUAL 


Gejala 

Perempuan 

Laki-laki 


Luka 

Luka dengan atau tanpa rasa sakit, disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh yang lain. Tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin 


Cairan tidak normal 

Cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir. Duhtubuh bisa juga keluar dari anus. 

Cairan bening atau berwarna berasal dari pembukaan kepala penis atau anus. 


Sakit pada saat bunag air kecil 

PMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan sakit atau burning urination 

Rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah urination terkadang diikuti dengan duhtubuh dari penis 


Perubahan warna kulit 

terutama di bagian telapak tangan atau kaki. Perubahan bias menyebar ke seluruh bagian tubuh 


Tonjolan seperti jengger ayam 

Tumbuh tomjolan seperti jengger ayam di sekitar alat kelamin 


Sakit pada bagian bawah perut 

Rasa sakit yang muncul dan hilang, yang tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi yang telah berpindah ke bagian dalam system reproduksi, termasuk servik, tuba falopi, dan ovarium) 


Kemerahan 

Kemerahan pada sekitar alat kelamin, atau diantara kaki 

Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar 


Gejala lain dari HIV/AIDS 

1. Demam 

2. Keringat malam 

3. Sakit kepala 

4. Kemerahan di ketiak, paha atau leher 

5. Mencret yang terus menerus 

6. Penurunan berat badan secara cepat 

7. Batuk, dengan atau tanpa darah 

8. Bintik ungu kebiruan pada kulit 




V. Virus HIV 

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. 

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa. 



VI. Penyakit AIDS 

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. 

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. 



VII. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS 

Metode / teknik penularan dan penyebaran virus HIV AIDS : 

1. Darah 

Contoh : Tranfusi darah, terkena darah hiv+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb 

2. Cairan Semen, Air Mani, Sperma dan Peju Pria 

Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb. 

3. Cairan Vagina pada Perempuan 

Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dll. 

4. Air Susu Ibu / ASI 

Contoh : Bayi minum asi dari wanita hiv+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan lain sebagainya. 

Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ : 

1. Air liur / air ludah / saliva 

2. Feses / kotoran / bab / tinja 

3. Air mata 

4. Air keringat 

5. Air seni / air kencing 







VIII. Beberapa Penyakit Menular Seksual yang sering ditemukan di Indonesia 

A. Disebabkan oleh Bakteri : 

1. Gonorrhoe 

a. Pengertian 

Gonore (GO) adalah penyakit Menular Seksual yang paling sering terjadi dan paling mudah terjadi. Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius. 

Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara. 

Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan. Salah satu di antara PMS ini adalah penyakit gonore yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing, leher rahim, dubur dan tenggorokan atau selaput lendir Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing nanah”. Masa inkubasi 3-5 hari. 

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva). 

Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. 

Ø Kuman : Neisseria gonorrhoea 

Ø Perantara : manusia 

Ø Tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut 

Ø Cara penularan : kontak seksual langsung 

Ø Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut 

Ø Yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman 

b. Tanda dan gejala pada pria 

1) gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. 

2) Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. 

3) Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. 

4) Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. 

5) Lubang penis tampak merah dan membengkak. 

c. Komplikasi 

1) Bartolinitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga penderita sukar jalan karena nyeri. 

2) Komplikasi dapat ke atas menyebabkan kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus. 

3) Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke sendi, jantung, selaput otak dan lain-lain. 

4) Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan 

5) Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. 

6) Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis). 

7) Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu. 

8) Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat. 

d. Diagnosa 

1) Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. 

2) Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. 

3) Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan. 

e. Pengobatan 

1) Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). 

2) Cefixime 

3) Ceftriaxone 

4) Spectinomycin 

5) Silver nitrate 

6) Erythromycin Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus). 

2. Sifilis 

a. Pengertian 

Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi, ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). 

Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena sering dikira penyakit lainnya. Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina, laporan menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 per 100.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki. 

Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks-nya mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin. 

b. Penyebab Sifilis 

Sifilis merupakan infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh penderita kemudian merusaknya. Sifilis hanya menular antar manusia melalui kontak seksual, atau Ibu kepada bayinya. Sifilis menular melalui penis, vagina, anus, mulut, transfusi dan ibu hamil kepada bayinya. 

c. Gejala Sifilis 

Masa inkubasi antara 10 – 90 hari, dengan gejala: 

Tahap 1 : 9 – 90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit (chancre) tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita. Chancre sebagai tempat masuknya penyakit hampir selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak dibobati (sampai tahai 1 berakhir), setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita. 

Tahap 2 : 1 – 2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan. 

Tahap 3 : Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan gila. Tahap letal. 

d. Cara Penularan 

Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangat mudah menginfeksi orang lain pada tahap 1 dan 2 selain itu juga dapat disebarkan per-plasenta. 

e. Kasus Sifilis pada Kehamilan dan Persalinan 

Apabila infeksi pada kehamilan karena tidak melakukan pemeriksaan antenatal yang adekuat akan mempunyai pengaruh buruk pada janin. Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus, dan partus prematurus, dan dapat juga di dapatkan gejala-gejala sifilis kongenital. 

f. Seks Oral dan Sifilis 

Banyak orang salah meyakini. Mereka pikir seks oral aman. Padahal, hubungan seks dengan cara ini sudah terbukti bisa menularkan penyakit sifilis. Begitu laporan yang disiarkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDCP) dalam Morbidity and Mortality Weekly Report. Ditambahkan, luka di mulut akibat sifilis, pada gilirannya semakin meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. 

“Mereka yang dalam jangka panjang tidak terikat hubungan monogami dan melakukan hubungan seks oral, sebaiknya tetap menggunakan pelindung, semisal kondom, untuk mengurangi risiko terkena penyakit seksual menular,” kata tim peneliti dari Chicago Department of Public Health yang dipimpin oleh Dr. C. Ciesielski. 

Dalam pemantauan yang mereka lakukan, tim itu mendapati bahwa sifilis terus menyebar lewat seks oral. Pola penularan yang mereka pantau sangat berubah dalam periode tahun 1998 hingga 2002. Bila di tahun 1990-an sifilis hanya terjadi pada kaum heteroseksual, sejak 2001 jumlah pria yang melakukan hubungan seks dengan sesama pria tercatat hampir 60%. 

Antara tahun 2000 hingga 2002 tim yang dipimpin Ciesielski juga mewawancarai mereka yang terkena sifilis. Hasilnya, lebih dari 14 persen kasus penularan sifilis terjadi melalui seks oral. Jumlah ini dilaporkan oleh 20 persen gay dan 7 persen pria dan wanita heteroseksual. 

Angka itu belum termasuk penularan melalui seks oral yang mungkin terjadi pada saat yang bersangkutan juga melakukan hubungan badan. Bahayanya, orang dengan sifilis di mulut mungkin tidak memperlihatkan gejala. Luka di mulut lazim disalah mengerti sebagai sariawan atau herpes. Padahal, di dalam luka itu tersembunyi kuman penyebab sifilis. 

g. Pengobatan Sifilis 

Pengobatan sifilis dalam kehamilan yaitu dengan penisilin.
1 kali penyuntikan penisilin dirasa telah cukup adekuat, meski beberapa penderita memerlukan 1-3 kali injeksi penisilin. Dokter akan meminta penderita yang telah menjalani medikasi untuk melakukan tes darah setahun kedepan, dimaksudkan untuk memastikan bakteri telah lisis dari tubuh penderita. Menerapkan pola hubungan seksual yang sehat dan aman. Bagi penderita yang alergi penisilin, dapat diganti dengan eritromycine atau tetrasiklin. 

3. Urethritis 

a. Pengertian 

Urethritis ialah inflamasi pada urethra atau saluran kencing disebabkan karena infeksi. Urethritis juga merupakan salah satu sindroma dari penyakit menular seks (PMS), urethritis secara spesifik dapat terbagi 2 yaitu gonococal urethritis dan nongonococal urethritis. 

Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau urethra, yang terjadi pada lapisan kulit urethra, disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menyerang saluran kemih seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoae, tricomonal vaginalis dan lain-lain. peradangan ini biasanya terjadi pada ujung urethra atau urethra bagian posterior, urethritis juga merupakan salah satu dari infeksi dari saluran kemih yaitu urethra, prostate, vas deferens, testis atau ovarium, buli-buli, ureter sampai ginjal. Dan dapat dikatakan sebagai bagian dari infeksi saluran kemih superficial atau mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan. 

Secara mikrobiologis dapat dikatakan terjadinya urethritis jika ditemukan pertumbuhan mikroorganisme yang berlebihan di dalam sample urine dan disuria. Inflamasi urethra dapat menyerang pasien dari berbagai usia dari mulai bayi yang baru lahir hingga orang tua. Tetapi pada umumnya yang lebih sering terkena urethritis adalah wanita, hal ini terjadi karena urethra wanita lebih pendek dari urethra pria, tetapi pada masa neonatus penyakit ini lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Penegakan diagnosis etiology dapat dilakukan dengan adanya petunjuk data dari epidemiologi,manifestasi klinik, pemeriksaan fisik maupun penunjang serta berbagai petunjuk yang membantu diagnosis penyakit ini. 

Pada daerah saluran kemih telah didiami oleh spesies-spesies normal dan dapat hilang pada saat pengenceran dan pembilasan pada saat buang air kecil serta dapat hilang dengan adanya antibody kandung kemih. Tetapi keadaan ini kadang tidak terjadi dan menyebabkan peradangan pada urethra yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut. 

b. Penyebab 

Penyebabnya bisa berupa bakteri, jamur atau virus.
Pada wanita jasad renik tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri berasal dari usus besar dan sampai ke vagina melalui anus. Lelaki lebih jarang menderita uretritis. 

Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya Neisseria gonorrhoeae penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada saat melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi dan bisa menjalar ke uretra. 

Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus.
Klamidia dan virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan bisa menyebabkan uretritis. 

c. Manifestasi klinis 

Tanda dan gejala klinis tidak dapat dipercayai dalam mendiagnritisosa terjadinya urethritis masih harus diadakan pemeriksaan-pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat memperkuat diagnosa. Kira-kira 30% perempuan dengan disuria akut, frekuensi, dan piuria memberikan hasil kultur urin porsi tengah yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri atau pertumbuhan yang tidak bermakna. 

Secara klinis, perempuan ini tidak dapat dibedakan dari perempuan yang menderita sistitis. Dan pada kelompok perempuan ini harus dibedakan antara yang terinfeksi kuman pathogen yang ditularkan secara seksual seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoeae, atau virus herpes simpleks, dan mereka dengan dengan jumlah E. coli rendah atau dengan infeksi stafilokokus pada uretra, wanita dengan penyakit yang bertahap tanpa hematuria, tanpa nyeri suprapubik, dan riwayat gejala penyakit lebih dari 7 hari harus dicurigai menderita infeksi gonokokus. 

Riwayat tambahan adanya penggatian mitra seksual yang baru, terutama sekali apabila mitra tersebut baru saja mengalami urethritis akibat clamidial atau gonokokus, harus meningkatkan kecurigaan terhadap penyakit yang dapat ditularkan secara seksual, seperti jika ditemukan servisitis mukopurulen. Hematuria yang jelas, nyeri suprapubik, awikan penyakit mendadak, lama penyakit lebih dari 3 hari dan adanya riwayat infeksi saluran kemih mendukung adanya infeksi adanya riwayat infeksi oleh E. coli atau stafilokokus.
Uretritis yang didapat secara seksual pada perempuan sering kali bermanifestasi sebagai sindroma uretra akut yang ditandai dengan disuria. 

d. Gejala 

Banyak pasien termasuk 25% dari pengidap NGU tidak menunjukkan gejala dan menunjukkan pemeriksaan pada pasangannya, dan 75% dari wanita yang terinfeksi Chlamydia trachomatis tidak menunjukkan gejala yang berarti. 

Ø Timing : biasanya terjadi pada 4 hari sampai 2 minggu setelah terinfeksi oleh kuman 

Ø Urethral discharge : pengeluaran cairan dengan warna kuning, hijau, cokelat atau pengeluaran yang berhubungan dengan aktivitas seksual. 

Ø Disuria : biasanya terjadi parus diada penis bagian distal 

Ø Itching atau gatal-gatal yang terjadi di sekitar urethra 

Ø Nyeri pada saat terjadi urethritis 

Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari uretra. Jika penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung nanah. Jika penyebabnya adalah jasad renik yang lainnya, maka cairan ini mengandung lendir. 

Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih dan penderita sering mengalami desakan untuk berkemih. Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada akhirnya akan terbentuk penyempitan uretra (striktur). Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada uretra yang lebih tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra.
Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang juga bisa mengalami infeksi. 

Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit, maka air kemih bisa mengalir melalui saluran baru (fistula uretra). 

e. Gejala systemik 

Gejala ini meliputi demam, menggigil, berkeringat, pusing kepala, dan berbagai rasa nyeri pada bagian urethra. 

f. Pencegahan 

Pencegahan dari urethritis ini dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan pada pasien tentang pergaulan dan perilaku seks yang sehat diantaranya: 

1) Mengajarkan pada pasien factor-faktor resiko yang dapat terjadi dari sindroma pms 

2) Menjaga pergaulan, dengan orang-orang yang berhubungan dengan multiple seks 

3) Menghindari pergaulan bebas 

4) Menghindari penyalahgunaan obat 

5) Menghindari freeseks 

6) Menggunakan kondom pada semua pasangan dan pada semua waktu melakukan hubungan seksual 

7) Masyarakat dianjurkan untuk mempelajari masalah-masalah penyakit yang berkaitan dengan saluran kemih, dan kesehatan tubuh. 

8) Menjaga kebersihan alat kelamin. 

g. Pengobatan 

Pemberian obat pada urethritis merupakn salah satu pengobatan yang dilakukan untuk mencegah penularan terhadap orang lain dan menghambat bakteri-bakteri yang akan menginfeksi uretra. Pemberian antibiotik pada pasien dengan bentuk gram atau hasil kultur dan untuk semua pasangan-pasangan seksual dari pasien, tidak memperdulikan gejala. Terapi pada pasien yang terinfeksi bakteri gram negative dan sebuah latar belakang yang cocok dengan urethritis yang tidak mungkin mengembalikan sampai sembuh atau mungkin untuk melanjutkan penularan infeksi. Kelompok selanjutnya bisa lebih baik penanganannya dengan single dosis.
Antimikrobial untuk mengatasi urethritis sebagai berikut : 

1) Parenteral ceftriaxone 

2) Oral azithromycin 

3) Oral ciprofloxacin 

4) Oral cefixme 

5) Oral doxixycline 

6) Oral parenteral spectinomycin 

7) Oral ofloxacin 

8) Oral cefixima 

9) Oral ciprofloxacin 

Antibiotik seperti penicilin, amoxilin, dan ampicilin tidak dapat digunakan karena tidak memiliki daya tahan yang menjadi standar. 

4. Vaginosis Bakterial 

Bakteri vaginosis adalah suatu kondisi dimana vagina mengandung bakteri berbahaya. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bakteri vaginosis adalah infeksi vagina yang paling umum di kalangan perempuan yang telah berusia. Ia juga dikenal untuk menjadi cukup umum di kalangan wanita hamil. Meskipun bakteri vaginosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain selain dari seks, seperti douching dan merokok, itu dapat ditularkan melalui hubungan seksual. 

Berikut adalah beberapa dari tanda-tanda umum vaginosis bakteri. 

1) Vagina mengalami keputihan 

Semua wanita mengalami keputihan di beberapa titik. Jika Anda melihat bahwa vagina Anda jauh lebih berat daripada biasanya, ini bisa menjadi tanda vaginosis bakteri. Kebanyakan wanita yang telah bakterial vaginosis akan memiliki berat putih atau vagina abu-abu. Berbeda dengan infeksi jamur, biasanya tebal di tekstur, bukan seperti keju cottage. 

2) Vagina berbau 

Mungkin vagina berbau busuk di saat anda memiliki vaginosis bakteri. Inilah sebabnya mengapa banyak wanita diketahui mengalami bau busuk, terutama setelah mereka memiliki hubungan seksual. Karena vagina menghasilkan banyak pelumasan alami, cairan dapat meningkatkan dan menyebabkan bau busuk. Waspadai hal ini agar vagina anda tetap wangi sepanjang hari. 

3) Vagina terasa sakit atau panas seperti terbakar 

Salah satu yang paling mudah untuk mengenali gejala-gejala bakteri vaginosis adalah sensasi terbakar atau menyakitkan. Ini biasanya terjadi selama hubungan seksual atau buang air kecil. Banyak wanita dengan vaginosis bakteri pemberitahuan ini terbakar atau sakit secara berkala sepanjang hari setiap saat, namun. 

4) Vagina terasa gatal 

Banyak wanita dengan pengalaman vaginosis bakteri semacam gatal. Gatal mungkin hanya sedikit, tetapi bagi yang lain itu mungkin berat. Setiap kali Anda melihat parah atau berkelanjutan vagina gatal, penting untuk diperiksa oleh dokter, namun. Ini adalah gejala yang dialami dengan berbagai PMS. 

Perlu diketahui bahwa gejala vaginosis bakteri yang dikenal sangat dekat dengan gejala yang berpengalaman dengan PMS tertentu, seperti klamidia dan gonore. Jika anda melihat salah satu gejala vaginosis bakteri yang terdaftar di atas, adalah penting untuk mengunjungi ginekolog. 

B. Disebabkan Virus : 

1. Herpes Genitalis 

a. Pengertian 

Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. 

Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). 

Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid). 

Kejadian penyakit ini sangat cepat akhir-akhir ini. Penyakit ini tak dapat diberantas secara tuntas dan sering kumat-kumatan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil dan persalinan. Herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2. 

Ø tipe 1 : keganasan rendah, 

menyerang terutama sekitar mulut 

Ø tipe 2 : ganas, menyerang alat kelamin 

Ø penyebab : virus Herpes Simpleks 

Ø perantara : manusia, bahan yang tercemar virus 

Ø tempat virus keluar : penis, vagina, anus, mulut 

Ø cara penularan : kontak langsung 

Ø tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut 

Pada wanita penyakit ini biasanya tanpa gejala, tapi dapat menularkan penyakit. Penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri. Penyakit sembuh dalam 2-3 minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala infeksi pertama. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik dan stress mental, atau infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang berlebihan dengan banyak pasangan meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan orang yang sudah kena. Komplikasi pada wanita hamil dapat ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan, dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat pula menyebabkan kanker serviks. 

Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. 

Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan. 

Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk divulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. 

Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. 

Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. 

b. Tanda dan gejala 

Adapun gejalanya sebagai berikut : 

1) Nyeri dan disuria 

2) Uretral dan vaginal discharge 

3) Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala) 

4) Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal 

5) Nyeri pada rektum, tenesmus 

Tanda : 

1) Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi. 

2) Limfadenopati inguinal 

3) Faringitis 

4) Cervisitis 

c. Klasifikasi Herpes genital 

1) Herpes genital primer 

Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat. 

2) Herpes genital rekuren 

Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks. 

d. Gambaran & Manifestasi Klinis 

Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejala klinis herpes progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi : Infeksi primer ? stadium laten ? replikasi virus ? stadium rekuren. 

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi. Berbagai macam manifestasi klinis: 

1) infeksi oro-fasial 

2) infeksi genital 

3) infeksi kulit lainnya 

4) infeksi okular 

5) kelainan neurologist 

6) penurunan imunitas 

7) herpes neonatal 

e. Pemeriksaan Laboratorium 

Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut. 

1) Histopatologis 

Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.(1) 

2) Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK ) 

Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan: 

a. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2. 

b. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi. 

3) Kultur virus 

Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam. 

f. Diagnosis 

Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes. 

Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital 

g. Pengobatan 

1) Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. 

2) Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes. 

3) Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.’ 

4) Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti : 

a. menjaga kebersihan lokal 

b. menghindari trauma atau faktor pencetus. 

5) Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. 

6) Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah: 

a. Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5) 

b. Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal. 

c. Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik. 

7) Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya tertekan. Pada penelitian in vitro serta penelitian in vivo, povidone iodine terbukti merupakan agen efektif melawan virus tersebut, mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone iodine dalam larutan aqua untuk mengobati herpes genital. 

8) CDC (Center For Disease Control and Prevention), merekomendasikan penanganan supresif bagi herpes genital untuk orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun. 

9) Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan. 

10) Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan menggarisbawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital yang subklinis, namun 

h. Komplikasi 

Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV. 

Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan. Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata. 

i. Pencegahan 

Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral. 

Pencegahan 

1) Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik. 

2) Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan. 

3) Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat. 

4) Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi. 

5) Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan. 

2. Kondiloma Akuminata 

a. Pengertian 

Kondiloma akuminata adalah: 

Tumor pada genitalia yang bersifat lunak seperti jengger ayam dan tidak nyeri. 

Pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin). 

b. Penyebab 

1) Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). 

2) HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam). 

3) HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). 

4) HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin) 

5) Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam. Terkadang penderita mengeluh nyeri.
Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap. 

c. Pengobatan 

Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna.
Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis.
Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri. 

1) Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin). 

2) Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. 

3) Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang. 

4) Bedah listrik (elektrokauterisasi). 

5) Bedah beku dengan nitrogen cair. 

6) Bedah skalpel. 

7) Laser karbondioksida. 

8) Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim). 

a) Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu. 

b) Interferon beta diberikan dengan dosis 2×10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut. 

9) Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan). 

10) Jika masih baru (hitungan hari-minggu) muncul, masih dapat diobati dengan obat oles tingtura podofilin 25%. kutil baru ditanadai dengan warnanya yang kemerahan. Jika sudah lama/kronis, ditendai dengan warnanya keabuabuan hingga hitam sewarna kulit sekitarnya, biasanya sudah lebih dari 1 bulan. Kalau sudah kronis, obat podofilin tidak akan berespon lagi, jadi harus dilakukan bedah listrik/elektro cauter/ istilah orang awan “dibakar”. 

Menunda pengobatan kutil kelamin ini terlalu lama yang mengakibatkan harus dilakukannya bedah listrik. 

C. Disebabkan oleh Jamur : 

Kandidiasis Vaginosis 

a. Definisi 

Kandidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jenis mikroorganisme yaitu jamur Candida, terutama Candida albicans. Infeksi selaput lendir seperti yang terjadi pada mulut atau vagina, sering terjadi pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan normal, tetapi infeksi ini lebih sering ditemukan atau merupakan infeksi yang menetap pada penderita diabetes atau AIDS dan pada wanita hamil. Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan menurun sering menderita kandidiasis yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Sedangkan orang-orang yang beresiko menderita kandidiemi (infeksi Candida di dalam aliran darah) adalah orang-orang yang memiliki jumlah sel darah putih yang kurang (karena leukemi atau terapi kanker lainnya) dan orang-orang yang menjalani pemasangan kateter di pembuluh darahnya. Infeksi pada vagina yang disebabkan oleh Candida sp. Se­ki­tar 85-90% sel ragi yang diisolasi dari va­gina merupakan spesies Candida albicans. Sisanya adalah spesies non-albicans, dan yang terbanyak adalah Candida glabrata (Torulopsis glabrata). Vaginitis yang disebabkan oleh spesies non-albicans biasanya resisten terhadap terapi konvensional. 

Candida albicans adalah jamur sel tunggal, berbentuk bulat sampai oval. Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17 diantaranya di­temukan pada manusia. Dari semua spesies yang ditemukan pada manusia, Candida.al­bi­cans lah yang paling pathogen. Candida albicansmemperbanyak diri dengan membentuk blastospora (budding cell). Blastos­pora akan saling bersambung dan ber­tam­bah panjang sehingga membentuk pseu­­dohifa. Bentuk pseudohifa lebih vi­rulen dan in­va­sif daripada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih besar sehingga lebih sulit difagositosis oleh makrofag. Selain itu, pseudohifa mempunyai titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamennya sehingga jumlah elemen infeksius yang ada lebih be­sar. 

b. Candidiasis dapat dibagi ke dalam jenis berikut ini: 

1) Oral candidiasis. 

2) Perlèche, luka dan radang pada tepi kanan/kiri mulut luar, penyebab candida albicans. 

3) Candidal vulvovaginitis, infeksi membran mucous vagina. 

4) Candidal intertrigo, infeksi pada kulit. 

5) Diaper candidiasis, infeksi pada daerah yang ditutupi diaper (popok) bayi. 

6) Congenital cutaneous candidiasis, infeksi pada kulit bayi lahir prematur. 

7) Perianal candidiasis, infeksi pada kulit muara anus. 

8) Candidal paronychia, infeksi pada lipatan kuku. 

9) Erosio interdigitalis blastomycetica, infeksi pada kulit jari. 

10) Chronic mucocuntaneous candidiasis, infeksi kronis pada kuku dan mukosa kulit. 

11) Candidiasis sistemik, infeksi yang menyebar dan menyebabkan keracunan darah khususnya pada imun rendah. 

12) Candidid, peradangan pada kulit tangan akibat jamur dari kaki (seperti dermatophytids). 

Antibiotik candidiasis, dapat terjadi karena kelebihan pemakaian atau pe-resep-an berbagai antibiotik (seperti oxytetracycline yang umumnya digunakan untuk mengontrol acne). Efek dari antibiotik adalah mengurangi flora bakteri yang umum terdapat dalam sistem gastrointestinal, sehingga menimbulkan lingkungan yang kondusif untuk perkembangbiakan Candida yang ada karena tidak adanya kompetisi utama. Situasi ini dapat tetap stabil sampai pasien berhenti mengkonsumsi antibiotik. Efek antibiotik yang diharapkan terjadi pada satu wilayah tubuh, akan berefek negatif pada wilayah lain jika pemakaiannya berlebihan, contohnya di wilayah genital/kemaluan. Bakteri flora yang normal terdapat pada wilayah kemaluan dan tidak berbahaya bagi tubuh akan banyak yang terbunuh oleh antibiotik ini. Gejalanya, akan muncul kemerahan dan rasa gatal (jamuran pada genital wanita dan rasa gatal pada genital pria) yang dapat berlangsung selama periode pemakaian antibiotik. Ruam dapat diobati atau dikontrol oleh obat antifungal yang cocok, tetapi infeksi kemungkinan baru dapat terhapus bila keseimbangan jumlah bakteri/ fungal asli telah dikembalikan seperti semula (dengan berhenti menggunakan antibiotik). 

c. Penyebab Candidiasis 

Penyebab terjadinya candidiasis bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit, virus), adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan di dapat atau bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin, terutama di leher rahim. Jamur Candida albicans merupakan salah satu penyebab dari candidiasis. Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit atau usus. Dari sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin.Candida biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual. Jamur Candida albicans dapat menginfeksi selaput lendir seperti yang terjadi pada mulut atau vagina, sering terjadi pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan normal, tetapi infeksi ini lebih sering ditemukan atau merupakan infeksi yang menetap pada penderita diabetes atau AIDS dan pada wanita hamil. 





d. Gejala Kandidiasis 

Gejala candidiasis mungkin bervariasi tergantung pada daerah yang terkena/terpapar. Infeksi pada vagina atau vulva dapat menyebabkan rasa gatal yang parah, rasa terbakar, rasa sakit, dan iritasi, dan menimbulkan bercak keputih-putihan atau abu-abu keputih-putihan pada kulit/dinding vagina, sering dengan tampilan seperti curd/keju. Gejala juga hadir seperti yang ditimbulkan oleh bacterial vaginosis. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Obstetrics and Gynecology (2002), hanya 33 persen perempuan yang benar-benar mengobati infeksi ragi, sedangkan sisanya hanya fokus mengobati bacterial vaginosis (Trichomonas vaginalis) atau infeksi campuran. Gejala infeksi pada laki-laki yaitu iritasi dengan kemaluan berwarna merah di dekat kepala penis atau pada kulup, gatal, atau sensasi rasa terbakar. Candidiasis pada penis dapat juga memiliki menimbulkan warna putih, meskipun jarang. 

e. Patofisiologi Kandidiasis 

Proses infeksi dimulai dengan perle­katan Candida albicans pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada Candida albicans dari pada spesies Candida lain­­nya. Kemudian, Candida albicans men­se­kre­­sikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida albicans juga me­ngeluarkan mikotoksin diantaranya glio­toksin yang mampu menghambat ak­tivi­tas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Can­di­da albicans memudahkan proses invasi ter­sebut berlangsung sehingga menimbul­kan gejala pada Dpejamu. 

f. Pengobatan 

Bila timbul kandidiasis pada vagina, bisa diberikan anti-jamur lokal atau flukonazol peroral. Candidiasis yang sudah menyebar ke seluruh vagina, biasanya berat, progresif dan berakibat fatal, dan diberikan amfoterisin B intravena (melalui pembuluh darah) meskipun flukonazol efektif untuk beberapa penderita. 

Dalam dunia klinis, kandidiasis umumnya diobati dengan jenis antimycotics (obat anti jamur) misalnya: clotrimazole topikal, nistatin topikal, flukonazol, dan ketokonazol topikal. 

Sebagai contoh, dosis satu kali flukonazol (sebagai Diflucan 150 mg tablet diambil secara oral) telah dilaporkan 90% efektif dalam mengobati infeksi jamur vagina. Perawatan/pengobatan harus melihat kemungkinan terjadinya reaksi alergi terhadap kelompok obat-obatan azole. Obat ini memiliki tingkat reaksi contraditory yang berbeda dengan obat-obatan lainnya. Dosis ini hanya efektif untuk infeksi ragi vagina, dan jenis infeksi ragi lainnya mungkin memerlukan perawatan yang berbeda pula. Pada infeksi berat (umumnya pada pasien rawat inap), amfoterisin B, caspofungin, atau vorikonazol dapat digunakan. 

Perawatan lokal mungkin termasuk suppository vagina (sejenis obat kapsul yang dimasukkan ke vagina) dan douches (penyiraman bagian dalam vagina). Obat Gentian violet dapat digunakan untuk daerah payudara (bagi ibu yang menyusui), tetapi bila digunakan dalam jumlah besar dapat menyebabkan ulceration pada mulut dan tenggorokan bayi. Memperlakukan candidiasis hanya dengan obat-obatan belum tentu memberikan hasil yang diinginkan, dan diperlukan penelitian untuk kemungkinan lainnya sebagai penyebab infeksi parah/berulang/tak kunjung sembuh. Candidiasis pada mulut dapat menjadi tanda kondisi yang lebih serius, seperti infeksi HIV atau penyakit Immunodeficiency lainnya. Menjaga kesehatan Vulvovaginal dapat membantu mencegah candidiasis vaginal. 

Jamur Candida albicans dapat mengembangkan resistensi (perlawanan) terhadap jenis obat antimycotic, seperti fluconazole (salah satu obat yang sering digunakan untuk mengobati candidiasis). Infeksi berulang mungkin dapat diobati denggan penggunaan obat anti-fungal, tetapi resitensi terhadap agen (obat) alternatif ini juga dapat terjadi 

D. Disebabkan oleh Parasit : 

1. Scabies 

a. Pengertian 

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. 

Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. 

Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Scabies identik dengan penyakit anak pondok. penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies. 

b. Penyebab 

Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, tungau ini berbentuk bundardan mempunyai empat pasang kaki . Dua pasang kaki dibagian anterior menonjol keluar melewati batas badan dan dua pasang kaki bagian posterior tidak melewati batas badan. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneumdan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakti sarcoptes muda dengan tiga pasang kaki. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal, akibatnya penderita menggaruk kulitnya sehingga terjadi infeksi ektoparasit dan terbentuk kerak berwarna coklat keabuan yang berbau anyir. 

c. Gejala 

Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit. 

d. Diagnosa 

Diagnosa scabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. kerokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena Sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen. selanjutnya hasil kerokan tersebut diamatai dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali. 

e. Pengobatan 

pengobatan scabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organik maupun non organik pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam. 

Alternatif lain adalah mandi denga sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering. Pengobatan scabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang scabies agar tidak tertular kembali penyakit scabies. 

2. Pedikulosis Pubis 

a. Pengertian 

Pediculosis pubis adalah infeksi rambut di daerrah pubis dan di sekitarnya karena phthirus pubis. 

Pediculosis pubis dulu dianggap phthirus pubis secara morfologis sama dengan pediculus, maka itu dinamakan pediculus pubis. Ternyata morfologi keduanya berbeda, phthirus pubis lebih kecil dan pipih. 

b. Etiologi 

Kutu ini juga mempunyai jenis kelamin, yang betina lebih besar daripada yang jantan. Panjang sama dengan lebar 1-2 mm. 

c. Epidemiologi 

1) Penyakit ini menyerang orang dewasa dan edapat digolongkan dalam penyakit akibat hubungan seksual (P. H. S. ) 

2) Serta dapat pula menyerang jenggot dan kumis 

3) Infeksi ini juga bias terjadi pada anak-anak, yaitu di alis atau bulu mata (misalnya blefaritis) dan pada tepi batas rambut kepala. 

d. Cara penularan 

Umumnya dengan kontak langsung 

e. Gejala klinis 

1) Gejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal ini dapat meluas kedaerah abdomen dan dada, di situ dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut macula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata telanjangn dan susah untuk dilapaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut. 

2) Black dot yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur. 

3) Bercak hitamini merupakan krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria. 

4) Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening. 

f. Diagnosis banding 

1) Dermatitis seboroika 

2) Dermatomikosis 

g. Prognosis 

Gejala gatal yang ditimbulkan sama dengan proses pada pedikulosis. 

h. Pengobatan 

1) Krim gameksan 1 % 

2) Emulsi benzyl benzoate 25 % yang dioleskan kemudian didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian jika belum sembuh. 

3) Sebaiknya rambut kelamin dipotong 

4) Pakaian dalam direbus atau disetrika 

5) Mitra seksual juga harus diperiksa jika perlu diobati.