Contoh Makalah EPISTEMOLOGI REKAYASA GENETIKA
Ruang Blog Contoh Makalah EPISTEMOLOGI REKAYASA GENETIKA tugas kuliah Program Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan makalah ini sebagai refrensi bagi temman teman yang sedang mencari contoh makalah.
OLEH:
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Tugas : makalah filsafat ilmu
EPISTEMOLOGI REKAYASA GENETIKA OLEH:
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat
dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis
karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan
ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Pada perkembangannya, ilmu terbagi dalam
beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan dan ukuran
yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Pembahasan
filsafat ilmu sangat penting karena akan
mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu memberikan
spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang
terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis, epistemologis maupun
aksiologi.
Manusia
telah memikirkan asal-usulnya selama ribuan tahun, melalui proses berfikir yang
rumit dan terus-menerus. Kecenderungan manusia untuk terus memikirkan sesuatu
menghasilkan muaranya yang dikenal sebagai filsafat, Filsafat bukan ilmu pasti
seperti ilmu alam, namun juga bukan pula kepercayaan yang tidak berdasar,
filsafat dapat disebut sebagai “seni perkiraan rasional”. Tidak kurang kemajuan
penerapan filsafat sebagai ilmu, diiringi teknologi yang dikembangkan dalam
biologi. Sebagai cabang ilmu yang menelaah segala sesuatu tentang makhluk
hidup, Biologi menjadikan fungsinya sebagai cabang ilmu yang unik, menjawab
pertanyaan-pertanyaan secara fisik dan filosofis tentang dari mana manusia
berasal, apakah semua makhluk hidup berasal dari sel yang sama, Siapa yang
mengatur pembelahan sel dari satu sel membelah, menjadi organisme multiseluler,
dan seterusnya.
Perkembangan
biologi sebagai ilmu kini semakin pesat, berbagai macam penemuan baru semakin
mengukuhkan manusia sebagai makhluk yang mampu mengatur segala sesuatu, Biologi
mewujudkannya dalam penguasaan atas kewenangan manusia mengelola makhluk hidup
di sekitarnya bahkan mengatur perkembangan dirinya sendiri. Teknologi
kedokteran, pertanian, ilmu lingkungan dan sebagainya menjadi tumpuan harapan
para biolog untuk menjawab berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
makhluk hidup. Dikembangkannya ilmu penurunan sifat (Genetika) sebagai cabang
biologi menyebabkan biolog bukan sekedar mampu mengamati berbagai fenomena alam
dan makhluk yang ada, namun juga mampu memperkirakan keturunan, menyarankan
persilangan (perkawinan) bahkan merekayasa organisme keturunan untuk memperoleh
sesuatu yang lebih “baik”.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
arti epistemologi itu?
2.
Apa
saja metode-metode dalam upaya memperoleh ilmu pengetahuan?
3.
Bagaimana
teknik rekayasa genetika diperoleh?
4.
Objek
apa saja yang menjadi telaah cabang ilmu rekayasa genetika?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa arti epistemologi
2.
Untuk
mengetahui metode-metode dalam memperoleh ilmu pengetahuan
3.
Untuk
mengetahui bagaimana teknik rekayasa genetika diperoleh.
4.
Untuk
mengetahui objek telaahan rekayasa genetika.
D. Manfaat
1.
Dapat
mengetahui apa arti epistemology.
2.
Dapat
mengetahui metode-metode dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
3.
Dapat
mengetahui bagaimana teknik rekayasa genetika diperoleh.
4.
Dapat
mengetahui objek telaahan rekayasa genetika.
5.
Sabagai
bahan bacaan yang berkaitan dengan rekayasa genetika.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Epistemologi
1.
Pengeritian
epistemologi
Secara
etimologi, epistemologi
merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan,
sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik.
Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik
mengenai pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat
dan lingkungan pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi
adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang
memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja? (Idris, Epistemologi / Filsafat pengetahuan. 2010). Dalam
Kamus Webster disebutkan bahwa epistemologi merupakan “Teori ilmu pengetahuan
(science) yang melakukan investigasi mengenai asal-usul, dasar, metode, dan
batas-batas ilmu pengetahuan. Mengapa sesuatu disebut ilmu? Apa saja lintas
batas ilmu pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh pengetahuan
yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu agaknya yang dapat dijawab dari
pengertian epistemologi yang sudah disebutkan.
2. Metode
dalam memperoleh ilmu pengetahuan
Untuk mendapatkan suatu
pengetahuan diperlukan suatu metode atau cara untuk memperoleh pengetahun
tersebut. Dalam ilmu rekayasa genetika, tentu mempunyai suatu cara atau metode
tersendiri untuk memperoleh teknik bagaimana rekayasa genetika itu diperoleh
sehingga mempunyai dampak bagi penemunya. Berikut diuraikan secara umum
bagaimana metode untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan.
a. Empirisme
Empirisme adalah suatu
cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan
cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak
empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya
merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku catatan
itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Ia memandang akal sebagai
sejenis tempat penampungan,yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan
tersebut.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa
sumber pengetahuan terletak pada akal. Para penganut rasionalisme yakin bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri
barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai
dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam
pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah
Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman. Barang sesuatu
sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dan
diterima oleh akal kita dalam
bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu
seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang
menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).
d. Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah
suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. paham ini
memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati
oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan
tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh
penginderaan.
e. Dialektis
Yaitu tahap logika yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta analisis sistematik
tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam
kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan.
Dalam teori pengetahuan ini merupakan
bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu
seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.
f. Metode
ilmiah
Metode Ilmiah mengatakan untuk
memperoleh pengetahuan yang benar dilakukan langkah berikut: logico-hypothetico-verificartif.
Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis
kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah secara
teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode Riset. Metode Riset menghasilkan
model-model penelitian. Model-model penelitian inilah yang menjadi instansi
terakhir dan memang operasional dalam membuat aturan (untuk mengatur manusia
dan alam) tadi. Hasil-hasil penelitian itulah
yang sekarang serupa tumpukan pengetahuan sains dalam berbagai bidang,
contohnya dalam bidang ilmu biologi (genetika).
B.
Bagaimana
Teknik Rekayasa Genetika Diperoleh
Jauh sebelum Charles R Darwin (Bapak Evolusi)
menerbitkan buku fenomenalnya berjudul “On The Origin Of Species by Means of
Natural Selection”, Manusia telah mempercayai bahwa terdapat proses penurunan
sifat dari induk kepada keturunannya. Aristoteles (384-323 SM), menyatakan
bahwa dalam mengubah organisme dari bentuk sederhana menjadi lebih kompleks dan
sempurna adalah berdasarkan metafisika, Jean Baptiste Lamarck (1744-1829)
menyatakan bahwa perubahan makhluk hidup justru dipengaruhi lingkungan, bukan
pembawaan. Akan tetapi dibandingkan teori sebelumnya, Teori Darwin jauh lebih
diterima karena menyertakan bukti-bukti atau fakta yang mendukung dan merupakan
hasil penelitian ilmiah secara berpuluh-puluh tahun, teori ini juga mampu
mendorong para ahli untuk kebenaran teori tersebut. Semenjak
Teori Darwin dikemukakan, perkembangan biologi maju lebih pesat, berbagai macam
pertanyaan mengenai konsep penurunan sifat terjawab dengan lengkap. Bahkan
sejak saat itu disiplin ilmu biologi mengenai penurunan sifat dipisahkan
menjadi disiplin ilmu tersendiri yaitu genetika, disamping konsep sebelumnya
tentang perubahan makhluk hidup yang berubah terus menerus (evolusi).
Perkembangan genetika masa kini ditandai dengan
penggunaan teknologi nano sebagai perangkat perubah penurunan sifat, keyakinan
bahwa terdapatnya subjek tertentu yang merepresentasikan sifat individu yang dapat
diturunkan diikuti dengan ditemukannya Gen (W.Johanssen) sebagai unit terkecil
dalam faktor individu pembawa sifat. Gen terdapat dalam kromosom seseorang (W.
Waldayer) berisikan substansi genetik yang merepresentasikan sifat seseorang
secara utuh. Mengubah gen berarti mengubah sifat individu, dengan cara
menemukan substansi yang tepat dan mengubahnya, maka kita dapat menghasilkan
individu dengan sifat yang berbeda dari keturunannya, hal inilah yang kemudian
dikembangkan sebagai teknik rekayasa genetika.
C.
Objek Telaah Rekayasa Genetika
a. Substansi hereditas
1. Gen dan kromosom
Genetika
adalah cabang ilmu biologi yang menelaah masalah-masalah penurunan sifat dalam
diri makhluk hidup, gen seseorang tersimpan dalam setiap segmen atau lokus
kromosom, gen tersusun dari polimer nukleotida yang terdiri dari DNA dan RNA.
Morgan menyatakan bahwa setiap gen menempati lokus yang khas dan kompak serta
mengandung informasi genetik yang mengatur sifat tertentu (lihat gb.1). Dalam
perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa terdapat dua jenis kromosom dalam
makhluk hidup yang disebut autosom (kromosom tubuh) dan gonosom (kromosom
kelamin). Setiap makhluk hidup memiliki jumlah kromosom yang berbeda, jumlah
kromosom manusia diketahui sebanyak 46 (22 ps autosom dan 1 ps gonosom) semakin
banyak jumlah gen dalam kromosom, semakin banyak variasi sifat yang
dihasilkannya. Hal ini pula yang menjawab mengapa manusia dilahirkan dalam
bentuk yang berbeda-beda.
Gbr 1. DNA dalam kromosom
2. DNA
dan RNA
DNA (Deoxyribonucleic Acid) adalah bahan genetik
primer, terdiri atas monomer yang meliputi gugusan Fosfat, Gula pentosa dan
Basa nitrogen. Basa nitrogen dalam DNA terdiri atas purin (adenin dan guanin)
dan pirimidin (sitosin dan urasil) menyusun struktur tangga tali terpilin
double helix, pasangan basa nitrogen selalu tetap, yaitu Adenin dengan Timin
dan Guanin dengan Sitosin. DNA mampu melakukan replikasi sehingga memunculkan
lokus gen yang lebih banyak yang selanjutnya akan menghasilkan pembelahan sel
yang baru. RNA (Ribonucleic Acid) merupakan rangkaian tunggal nukleotida dengan
padangan Purin (Adenin dan Guanin) serta Pirimidin (Sitosin dan Urasil). RNA
merupakan alat bantu dan substansi genetik pembawa sifat dari DNA yang sedang
melakukan replikasi (RNAd, RNAt dan RNAr).
b. Penurunan sifat
1.
Hukum
mendel
Menurut
Mendel, penurunan sifat seseorang dapat diperhitungkan, beberapa hokum Mendel
yang penting diantaranya adalah persilangan galur murni baik F1, F2 dan
seterusnya, galur intermediate, polimeri, epistasis dan hipostasis, kriptomeri,
dan komplementer.
2.
Penyakit
keturunan (pautan gen)
Beberapa penyakit diketahui dapat
diturunkan, hal ini terjadi apabila penyakit/kelainan yang dimiliki seseorang
tersebut terpaut gen, beberapa contoh penyakit/kelainan terpaut gen tubuh
diantaranya albino dan gangguan mental, terpaut gen kelamin diantaranya buta
warna, haemofilia, polidactyla (X) telinga berambut (hyperthrycosis) rambut
kasar (hystryc gravier) (Y).
3.
Golongan darah dan
jenis kelamin
Landsteiner (1990) menemukan
bahwa terdapat 4 macam golongan darah pada manusia diantaranya A, B, AB, dan O.
Keempat golongan darah ini terpaut gen yang terdiri tiga macam alel yang dapat
diturunkan. Genetika dapat menunjukkan bahwa anak akan memiliki golongan darah
dengan alel yang dimiliki kedua induknya.
4.
Mutasi
Substansi
genetika dapat berubah strukturnya karena perubahan yang terjadi pada DNA,
perubahan tersebut dapat bersifat menurun dan mengakibatkan mutasi gen maupun
mutasi kromosom, yang pada gilirannya mengubah struktur atau sifat yang nampak
pada organisme.
Mutasi gen dapat terjadi secara alami atau buatan, mutasi alami terjadi dengan penyebab yang belum pasti dapat diketahui, contoh terjadinya perubahan macam-macam warna mata pada lalat buah. Mutasi Gen buatan dilakukan dengan hasil usaha manusia, mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen diantaranya panas, sinar kosmis, unsur radioaktif, sinar ultraviolet, radiasi ion, dan sebagainya (Fisika, Kimia maupun Biologis) sehingga menghasilkan sesuatu yang disebut mutant. Mutasi buatan inilah yang kemudian dilakukan secara terarah dalam upaya manusia sehingga diperoleh teknologi rekayasa genetika.
Mutasi gen dapat terjadi secara alami atau buatan, mutasi alami terjadi dengan penyebab yang belum pasti dapat diketahui, contoh terjadinya perubahan macam-macam warna mata pada lalat buah. Mutasi Gen buatan dilakukan dengan hasil usaha manusia, mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen diantaranya panas, sinar kosmis, unsur radioaktif, sinar ultraviolet, radiasi ion, dan sebagainya (Fisika, Kimia maupun Biologis) sehingga menghasilkan sesuatu yang disebut mutant. Mutasi buatan inilah yang kemudian dilakukan secara terarah dalam upaya manusia sehingga diperoleh teknologi rekayasa genetika.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian sebelumnya, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
1.
Secara etimologi, epistemologi
merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan,
sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik.
Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik
mengenai pengetahuan.
2.
Metode-metode dalam
memperoleh ilmu pengetahuan diantaranya adalah empirisme, rasionalisme,
fenomenalisme, intusionisme, dialektis dan metode ilmiah.
3. Rekayasa genetika adalah puncak
perkembangan teknologi dalam bidang biologi saat ini, perkembangan genetika
diawali dengan semangat Darwinisme yang mengungkapkan bahwa terdapat gen
penurunan sifat pada setiap organisme yang dapat berubah dalam jangka waktu
yang lama. Mengubah gen berarti mengubah sifat individu, dengan cara menemukan
substansi yang tepat dan mengubahnya, maka kita dapat menghasilkan individu
dengan sifat yang berbeda dari keturunannya, hal inilah yang kemudian
dikembangkan sebagai teknik rekayasa genetika.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal.
2010. Filsafat Ilmu. PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Kimball, John.W .
1994. Biologi Edisi Kelima. Erlangga
: Jakarta
Mader, Silvia S. 1995. Biologi, Evolusi, Keanekaragaman dan lingkungan, Vol 1 dan 2.
Kucica :Kuala Lumpur.
Semiawan,
Conny. 2004. Dimensi Kreatif dalam Filsafat ilmu. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sudarno, dkk. 1996.
Biologi 3 SMU. Erlangga : Jakarta.
Suriasumantri, Jujun S.
1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta.
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Ilmu, Mengurai Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Pengetahuan. Remaja Rosdakarya: Bandung.