Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Bar

Makalah Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia

HISTORIOGRAFI INDONSIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Tradisi mencatat berbagai peristiwa unik ataupun yang kelak nantinya kan menjadi sumber sejarah ternyata sudah berlangsung lama di Indonesia. Hal itu bisa kita lihat dengan begitu banyaknya prasasti-prasasti yang ditemukan dan menjadi sumber sejarah. Namun sayangnya tradisi menulis tidak begitu banyak diminati bangsa Indonesia.
Indonesia menunjukkan bahwa negara ini mempunyai kekayaan yang beranekaragam, akan tetapi hal ini menjadi berbeda ketika bangsa kolonial datang.
Dari zaman kemegahan kerajaan, zaman kolonial  dan zaman kemerdekaan sayangnya sedikit sekali penduduk Indonesia yang menjadi aktor sejaman tidak menulis peristiwa-peristiwa tersebut. Tradisi menulis bangsa Indonesia sudah berkembang lama, namun sayangnya kurang begitu di minati. Penulisan sebuah peristiwa merupakan sesuatu yang penting karena untuk merekam sebuah keadaan zaman agar bisa diketahui oleh masa selanjutnya. Histiografi merupakan tulisan-tulisan yang menceritakan peristiwa sejarah. Pola histiografi adalah struktur gagasan yang ditentukan terutama oleh realitas utama yang tidak berakar pada kebutuhan untuk menggambarkan realitas tersebut. Penulisan adalah puncak dari sejarah, sebab apa yang dituliskan itu merupakan peristiwa sejarah.

B.   Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini ialah :
1.   Apa pengertian dari HISTIOGRAFI ?
2.   Bagaimana perkembaangan histiografi di Indonesia?



C.   Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini ialah :
1.   Untukmengetahui tentang histiografi.
2.   Untuk mengetahui perkembangan histiografi di Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN

1.   Penulisan sejarah
Penulisan sejarah ( histiografi ) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diangkap, diuji (verifikasi), dan interpretasi sesuai dengan tugas penelitian sejarah untuk merekontruksi sejarah masa lampau, maka rekonstruksi itu hanya akan menjadi eksis apabila hasil-hasil penelitian tersebut ditulis (histiografi).

Penulisan sejarah tidak semudah dalam penulisan ilmiah lainnya, tidak cukup dengan menghadirkan informasi dan orgamentasi penulisan sejarah, walaupun terikat pula oleh aturan-aturan logika dan bukti-bukti ampirik. Tidak boleh dilupakan bahwa ia adalah juga karya sastra yang menuntut kejelasan struktur dan gaya bahasa, aksetuansi serta nada retorika tertentu.

Karya penulisan penelitian sejarah dapat mengambil beberapa bentuk seperti paper, artikel atau buku, bahkan dalam bentuk buku yang berjilid-jilid. Masing-masing memiliki prinsip-prinsip yang berbeda, menuntut komposisi dan gaya bahasa serta jenis-jenis kerja yang berlainan pula. Dalam penulisan ini lebih difokuskan pada prinsip-prinsip penulisan sejarah pada umumnya.

Menulis karya penelitian sejarah tidak cukup dalam sekedar meringkaskan hasil-hasil penelitiannya, menuliskan kesimpulan-kesimpulan nya tanpa memerhatikan gaya, strategi bagaimana dapat menampilkan kemampuan penulisannya secara efektif, sehingga dapat diyakinkan dan mau menerima Hasil pemahamannya melalui intepretasi mengenai peristiwa periode, individu dan proses sejarah.

Berikut akan dikembangkan strategi-strategi penulisan dengan mempertimbangkan beberapa hal :
1.   Audiens
Pada dasarnya terdapat 3 audiens atau pembaca karya tulis sejarah, pertama penulis sendiri, kedua ilmuan sejarah (sejarawan, peneliti dan mahasiswa sejarah) dan audiens serta pembaca umum dan karenanya sejarawan harus mampu pula untuk mengambil strategi penulisannya sesuai audiens atau pembaca yang ingin ditujunya. Eksplanasi, aksentuasi serta persetuasi semuanya itu menggunakan kata-kata dan itu semua nampak dalam gaya penulisan seorang sejarawan.

Penulisan sejarah (histiografi hendaknya ditulis dalam gaya dan bahasa resmi(formal) ). Karya tulis sejarah baik dalam bentuk paper, artikel ataupun buku sejarah, bukanlah surat kepada teman, bukan novel dan bukan pula cerita pendek. Karya tulis ilmiah yang ditulis dengan bahasa dan bahasa yang asal-asalan akan sangat mengganggu, terutama audiens, kedua atau ilmuan, dan akan menurunkan rasa aspek terhadap penulis.

Dengan bahasa resmi (formal) tidak berarti harus muluk-muluk (stilted) dan bergaya, malahan setiap sejarawan hendaknya berusaha untuk mengembangkan gaya personalnya sendiri dan gaya formal khusus dengan menyatu padukan diri kepribadiannya kedalam gaya bahasa yang digunakannya.

2.   Perkembangan Historiografi di Indonesia   
a.    Histiografi Tradisonal
Histiografi tradisional pada merupakan ekspresi curtural dari usaha untuk merekam sejarah. Dalam histiografi tradisional ada unsur-unsur yang tidak bisa lepas yaitu sebagai karya imajinatik dan sebagai karya mitologi. Menurut para sejarawan penulisan sejarah (tidak dalam bentuk prasasti) di Indonesia dimulai oleh MPU prapanca yang mengarang kitab negara kertagama. Seorang tokoh yang menjadi actor utama berperan sebagai pemimpin besar.

b.    historiografi kolonial
histiografi Kolonial sering disebut sebagai eropa sentris. Penulisan sejarah semacam ini memusatkan perhatian  banyak kepada belanda sebagai tempat perjalanan baik pelayaran maupun pemukiman dibenua lain. Historiografi semacam ini ditulis oleh penulis-penulis orang asing didunia timur.

c.    Historiografi pasca kemerdekaan
Penulisan sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh penulisan mengenai peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu yaitu mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa penting misalnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dan pembentukan pemerintah Republik Indonesia.

a)   Penulis atau peneliti itu sendiri
Audiens pertama adalah penulis atau peneliti itu sejarah sendiri. Sejarawan yang tidak menulis bagi dirinya sendiri, dalam arti sesuai dengan motivasi idealisme serta aspirasinya sendiri tidak akan mungkin memperoleh kepuasan diri, serta mencapai puncak kebenaran sebagai diinginkan.

b)   Parasejarawan, mahasiswa, pengajar dan ahli sejarah
Audiens kedua terdiri dari individu yang paling dekat, ialah para sejarawan sendiri, terdiri dari para mahasiswa, para pengajar dan para ahli sejarah. Apabila sejarawan atau peneliti sendiri ingin karya nya dibaca oleh para ahli dibidangnya sendiri hendaknya ia mengambil strategi yang berbeda dengan audiens-audiens populer.

c)   Audiens Umum
Audiens atau pembaca ke tiga adalah audiens umum (universal audiens). Audiens ini terdiri dari semua orang non sejarah yang menaruh minat membaca karya-karya sejarah, baik mereka, mereka yang hidup disaat sekarang maupun dimasa-masa mendatang.


2.   Apa yang harus ditulis ?
Meskipun kita sering masih mengalami kesulitan untuk menempatkan dan menyaring apa yang harus disajikan dari hasil-hasil penelitiannya, sebenarnya tidak ada rahasia apapun dalam proses penyajian tersebut. Apa yang  pantas disajikan dalam penulisan penelitian sejarah tidak ada sesuatu yang lain, kecuali dari apa yang dipandang memuaskan bagi penulis sendiri dan bagi audiens atau pembaca-pembacanya.

Dengan mengingatkan kembali apa yang telah dijelaskan dalam pemilihan judul, maka perlulah dipertimbangkan saran-saran sebagai berikut:
a.    Peristiwa dan bukti cukup tersedia
b.    Subjek yang memberikan afeksi
c.    Subjek yang penting dan menarik
d.    Subjek yang cukup sempit ]
e.    Subjek yang tidak diluar jangkauan keahlian kita
f.     Subjek yang mengembangkan keterampilan sendiri
g.    Memiliki kesatuan (unity)


3.   Gaya Penulisan
sejarah hanya eksis setelah direkonstruksi dan ditulis oleh sejarawan. Sejarah menjadi hidup karena kata-kata dan gaya bahasa dalam pengertian ini sejarah adalah seni, sehingga dalam persentasinya menurut aneka keterampilan untuk menyusun diskripsi.


BAB III
PENUTUP

1.   Kesimpulan
Dari sudut etmologi historiografi bermula dari bahasa yunani yaitu historia dan grapetin. Historia yang berarti gejala alam phisik sedangkan grapehin yang berarti gambaran , lukisan atau uraian, demikian segara harfiah historiografi dapat diartikan sebagai suatu uraian, atau gambaran tentang suatu hasil penelitian dari gejala alam. Namun dalam perkembangan historiografi juga mengalami perkembangan yaitu melalui mengalami perubahan. Historiografi disebut sebagai sejarah dari sejarahnya atau sejarah penulisan sejarah. Historiografi sering disebut rekongstruksi yang imaginatif, kemungkinan melalui masa lampau sebagai pengertian yang untuk mengerti dan memunculkan kembali.

2.   Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih biaik dari pada masa yang sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak ahmad yani yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.