MAKALAH CARA MASYARAKAT MASA PRAAKSARA MEWARISKAN MASA LAMPAUNYA
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat Karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini, dengan
pembahasannya yaitu “Cara Masyarakat Masa Praaksara Mewariskan Masa
Lampaunya”. Dalam penyusunan materi atau tugas ini, tidak sedikit hambatan
yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Oleh karena itu, kami ucapkan terima
kasih kepada bapak guru yang telah memberikan petunjuk kepada kami, semoga
materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami. Sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
PEMBAHASAN
CARA
MASYARAKAT MASA PRAAKSARA MEWARISKAN
MASA
LAMPAUNYA
1.
Tradisi
Dalam Kehidupan Masyarakat
Sejarah
merupakan pengalaman kehidupan manusia dimasa lampau, sedangkan salah satu
fungsi sejarah adalah untuk memberikan identitas kepada masyarakatnya. Sebuah
masyarakat dengan berbagai identitasnya, seperti budaya, norma-norma, dan adat
istiadat, pastilah mempunyai jejak-jejak sejarahnya dimasa lampau. Dengan
demikian, kisah sejarah dianggap perlu untuk menunjukkan identitas atau jati
dirinya yang berbeda dengan masyarakat lain.
Tradisi
lisan sebagai karya sejarah tradisional tidak menggunakan prosedur penulisan
sejarah ilmiah. Karya-karya yang disebarkan melalui tradisi lisan sering kali
memuat sesuatu yang bersifat supranatural diluar jangkauan pemikiran manusia.
Dalam karya-karya tersebut antara fakta dan imajinasi serta fantasi bercampur
baur.
Tradisi
lisan ini antara lain berupa mitos, legenda, dan dogeng. Di dalam keraton
banyak ditemukan berbagai macam lambang dalam segi kehidupan, dimulai dari
bentuk dan cara mengatur bangunan, mengatur penanaman pohon yang dianggap
keramat, mengatur tempat duduk, menyimpan dan memelihara pusaka, macam pakaian
yang dikenalkan dan cara menggerakannya, bahasa yang harus dipakai, tingkah
laku, pemilihan warna dan seterusnya. Keraton juga menyimpan dan melestarikan
nilai-nilai lama. Mitos yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
dan komunitas keraton adalah mitos kanjeng ratu kidul.
Kedudukan
mitos itu sangat menonjol, karena tanpa mengenal mitos kanjeng ratu kidul,
orang tidak akan mengerti makna dari tarian sakral bedhaya ketawang, yang sejak
paku buwana x naik tahta, setiap setahun sekali tarian itu dipergelarkan pada
acara ulang tahun penobatan raja. Tanpa mengenal mitos itu makna panggung
sangga buwana akan sulit dipahami, demikian pula mengenai mitos yang dulu
dikenal rakyat sebagai lampor.
Dari
cerita-cerita mitos tentang kanjeng ratu kidul, jelaslah bahwa kanjeng ratu
kidul adalah penguasa lautan yang bertahta dilaut selatan dengan kerajaan yang
bernama Keraton Bale Sokodhomas.
2.
Mitos
Pertemuan Kanjeng Ratu Kidul Dengan Penembahan Sinopati
sebelum
penambahan sinopati dinobatkan menjadi raja, beliau melakukan tapabrata di
dlepih dan tapa ngeli. Dalam laku tapabratanya, beliau selalu memohon kepada
tuhan yang maha kuasa agar dapat membimbing dan mengayomi rakyatnya sehingga
terwujud masyarakat yang adil dan makmur.
Pada
waktu penembahan senopati melakukan tapa ngeli, sampai ditempuran atau tempat
bertemunya aliran sungai opak dan sungai gajah wong didekat desa plered dan
sudah dekat dengan parang kusumo tiba-tiba terjadilah badai bada yang dasyat.
Bencana alam ini menarik perhatian kanjeng ratu kidul yang kemudian muncul
dipermukaan laut mencari penyebab terjadinya bencana alam tersebut.
Dalam
pencariannya, kanjeng ratu kidul menemukan seorang satria sedang bertapa
ditempuran sungai opak dan sungai gajah wong, yang tidak lain adalah sang
penambahan senopati. Pada waktu kanjeng ratu kidul melihat ketampanan senopati
ia jatuh cinta.
Kanjeng
ratu kidul memperkenalkan diri sebagai ratu dilaut selatan dengan segala
kekuasaan dan kesaktiannya. Kanjeng ratu kidul menyanggupi untuk membantu
panembahan senopati mencapai cita-cita yang diinginkan dengan syarat, bila
terkabul keinginannya maka panembahan senopati beserta raja-raja keturunannya
bersedia menjadi suami kanjeng ratu kidul.
Adanya
perkawinan itu konon mengandung makna simbolis bersatunya air (laut) dengan
bumi (daratan/tanah). Makna simbolisnya adalah dengan bersatunya air dan bumi
maka akan membawa kesuburan bagi kehidupan kerajaan mataram yang akan datang.
3.
Cara
Mewariskan Masa Lampau
pengalaman
kolektif suatu masyarakat diartikan
sebagai masa lampau. Beberapa cara yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk
mewariskan masa lampaunya adalah sebagai berikut :
a.
pelatihan
dan peniruan, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki diwariskan lewat
pelatihan dan peniruan, entah itu dengan perkataan atau perbuatan. Misalnya
kepandaian membuat alat-alat dari batu maupun dari besi. Mereka mewariskan
kepandaian tersebut kepada generasi berikutnya lewat peniruan pembuatan
alat-alat tersebut. Termasuk juga pengetahuan dan kepandaian berburu, memasak
makanan, berternak, bersawah dan sebagainya.
b.
Penuturan,
yakni dengan cara menuturkan secara lisan. Artinya, kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki oleh masyarakat diwariskannya dengan cara dituturkan kepada
generasi penerusnya.
c.
Hasil
karya, walaupun masyarakat belum mengenal tulisan namun telah memiliki akal,
dengan akalnya akhirnya masyarakat menghasilkan budaya.
KESIMPULAN
Masa lampau merupakan
suatu pengalaman kolektif suatu masyarakat, yang perlu diwariskan. Kisah
sejarah yang dapat menjelaskan keberadaan suatu masyarakat atau tempat penting
baik pada masa masyarakat sebelum mengenal tulisan (praaksara) maupun sesudah mengenal
tulisan (masa aksara). Salah satu mitos yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat pada masa praaksara adalah mitos kanjeng ratu kidul. Cara
untuk mewariskan masa lampau adalah sebagai berikut.
-
Pelatihan
dan peniruan
-
Penuturan
-
Hasil
karya