Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Bar

Laporan Penelitian MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA POKOK BAHASAN PERUBAHAN SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah Investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya , karena dari sinilah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu Pendidikan, antara lain Seminar Pendidikan, Pemantapan kinerja guru, Pemantapan materi-materi pelajaran serta model pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, termasuk mata pelajaran IPA. Dari berbagai upaya di atas menunjukkan bahwa guru memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan yang tercermin dalam menjalankan proses pembelajaran yang optimal melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan tingkat intelektual siswa atau kemampuan berpikir siswa, dengan demikian diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hasil belajar siswa merupakan indikator kualitas proses pembelajaran di kelas. 
Proses pembelajaran IPA  menekankan pada pemberian pengalaman langsung  untuk mengembangkan kompetensi Pengetahui alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk perkembangan kognitif dan berbuat  sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik Guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran, agar materi yang disajiakan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. Media pembelajaran yang baik dapat dipakai untuk melakukan suatu eksperimen sederhana (Hamalik: 1986).
Dalam pembelajaran  IPA, memiliki ciri khas yang berbeda dengan jenis pembelajaran lainnya,  di mana siswa harus dibiasakan untuk melakukan eksperimen, observasi, menggumpulkan data, menguji konsep dan membuat suatu  keputusan. Tetapi tidak hanya itu, untuk melakukan suatu eksperimen atau percobaan harus disertai bimbingan seorang guru.
Dalam pembelajaran IPA di SD, guru harus lebih banyak melibatkan siswa secara langsung atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen atau percobaan sehingga siswa dapat sepenuhnya terlibat dalam suatu eksperimen atau percobaan dalam pembelajaran.
Materi perubahan sifat benda  banyak memberikan manfaat besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan kehidupan yang ada dipermukaan bumi ini, namun hasil yang dicapai siswa masih belum maksimal, Kenyataan ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar IPA pada materi Perubahan sifat. Demikian juga  di SDN  01 Mowila  dimana rata-rata hasil ulangan siswa kelas V  pada Tengah semester II Tahun 2013/2014   masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh Sekolah. hasil yang diperoleh dari 30 siswa hanya 10 orang yang mencapai KKM yaitu 70. 
 Dari permasalahan di atas, penulis menerapkan Metode eksperimen pada pembelajaran IPA khususnya perubahan sifat benda. Dimana penggunaan Metode eksperimen atau percobaan diharapkan dapat memperbaiki /meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien Namun dalam menyajikan suatu eksperimen dalam kelas ada atau tahap-tahap pelaksanaan yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu eksperimen untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dari uraian di atas maka, peneliti mengembangkan pembelajaran untuk siswa Kelas V  SDN 01 Mowila   dalam memahami konsep perubahan sifat benda  dengan menggunakan Metode eksperimen. Metode eksperimen dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA khususnya dalam memahami konsep perubahan sifat benda. 
Berdasarkan dasar-dasar pemikiran dan kenyataan di lapangan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul   “ Meningkatkan Prestasi  Belajar  IPA  Pokok Bahasan Perubahan Sifat-sifat Benda  melalui  Metode Eksperimen Pada  Siswa  Kelas  V   SDN 01 Mowila ”


B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dirumuskan masalah: “Apakah Melalui Penerapan Metode Eksperimen  pada  Pembelajaran IPA Materi Perubahan Sifat-sifat  Benda  dapat meningkatkan Prestasi  belajar Siswa Kelas V   Pada SDN 01 Mowila ? “

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Prestasi  belajar  IPA pada materi pokok Perubahan Sifat Benda  pada siswa   Kelas V  SDN 01 Mowila melalui Penggunaan Metode Eksperimen.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
a) Bagi siswa
Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam  sehingga Prestasi  belajarnya dapat meningkat.

b) Bagi Guru
Dapat mengoptimalkan penggunaan Metode yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

c) Bagi Sekolah
Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam berarti secara tidak langsung  meningkatkan juga kepercayaan  masyarakat Terhadap  Mutu Pendidikan di SDN 01 Mowila .




BAB II
KAJIAN  PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Hakikat IPA
Menurut Hendro Darmojo (Samatowa,1999) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Lebih lanjut, Nash (Samatowa, 2006) menyatakan bahwa: IPA itu adalah suatu cara atau mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap,  cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Lukman (1997) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. 
Pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Lebih lanjut, Hadiat (1996) menyatakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah.

2. Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Metode eksperimen digunakan untuk menjawab sebuah hubungan sebab akibat ( kausal ) dengan memberi perlakuan  pada sebuah kondisi.
Dengan metode eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam , mengenai pelajaran yang diberikan. Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan. Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan praktis dalam kenyataan sehari-hari yang berguna bagi dirinya.
Metode eksperimen dapat dibagi menjadi eksperimen sederhana, eksperimen terkontrol, eksperimen berujung terbuka (open-ended experiment)         ( Thurber dan Collete, 1968 ).
Penerapan metode eksperimen di sekolah dasar digunakan eksperimen sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengajukan masalah.
2. Pelaksanaan percobaan untuk pengamatan.
3. Pengambilan kesimpulan.
Sumantri dan Permana (1999) mengemukakan bahwa metode ekperimen sebagai cara belajar-mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami, menguji, membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan sedangkan menurut Djumarah dan Zain (1995) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. 
3. Pelaksanaan Eksperimen
Tujuan utama eksperimen IPA menurut Isjrin Nurdin (1992) adalah:
1) Sebagai ilustrasi apa yang diajarkan, 
2) Membuat bahan ajar lebih jelas,
3) Membuat pelajaran lebih menarik,
4) Membina/meningkatkan keterampilan siswa,
5) Merangsang sifat keingintahuan siswa,
6) Meningkatkan daya observasi siswa.
Dalam Kurikulum (2004) dijelaskan bahwa siswa dikelas  V   sebaiknya diberikan kesempatan untuk berpartisipasi sepenuhnya dan yang memilih penyelidikan, dalam suatu penyelidikan yang lengkap, mencari fakta-fakta, menyusun jawaban untuk pertanyaan semula, dan menyampaikan proses penyelidikan serta hasil penyelidikan. 
Praktikum keterampilan difokuskan pada penggunaan alat seperti membaca skala, menyusun rangkaian arus listrik dan sebagainya. Keterampilan ini sangat berguna bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi..
Dalam pelaksanaan eksperimen IPA sangat dianjurkan menyediakan alat sederhana yang dapat dirakit sendiri oleh guru atau bersama siswa sehingga konsep IPA dapat dikaitkan dengan lingkungannya dan terbatas dari rasa takut karena salah menggunakan alat atau rusak, harganya murah, dan didasarkan pada kepentingan perkembangan balajar siswa.

4. Eksperimen IPA 
Berdasarkan Kurikulum Sekolah Dasar  (1995) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan menusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasikan tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melelui serangkai proses ilmiah antara lain: penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Sedangkan tujuan IPA dikemukakan sebagai berikut: 
a. Menahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari- hari
b. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar
c. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar
d. Bersikap ingin tahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri.
e. Mampu menerapakan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan  gejala-gejala alam dan memecahkan masalah 
f. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan masalah 
g. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagugan Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat merancang eksperimen IPA yang akan dilakukan, membuat LKS yang baik, membimbimg dalam melakukan eksperimen. Hal tersebut tentu tidak akan dapat dikuasai oleh seorang guru, khususnya guru kelas di sekolah dasar yang harus mengajar beberapa bidang studi di dalam kelas.

5. Perubahan Sifat Benda 
Pengetahuan anak terhadap dunia sekitar tidak hanya kemampuan tentang alam dan benda, tetapi kemampuan memahami perubahan sifat benda  dapat dikenalkan kepada anak usia sekolah dasar, asalkan melalui Metode yang cocok dengan perkembangan terhadap berpikir mereka.
Siswa lebih tertarik untuk mempelajari sifat benda  jika terlibat langsung secara aktif dalam kegiatan individu atau kelompok. Salah satu bentuk yang dapat diberikan kepada siswa adalah berkenaan dengan perubahan sifat benda , keterlibatan secara aktif anak dalam menggunakan alat peraga adalah hal yang penting dalam membantu anak memahami konsep Sifat benda. Oleh karena itu siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk melakukan investigasi atau penemuan dengan bantuan benda konkret di sekitar anak.
Adapun pembelajaran perubahan sifat benda  dibagi dalam tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep. Fase eksplorasi yaitu guru menyiapkan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan gagasannya yang mungkin bertentangan dan dapat menimbulkan perdebatan serta suatu analisis mengenal mengapa siswa mempuyai gagasan demikian. Fase pengenalan konsep dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep dalam konteks yang telah diamati selama fase eksplorasi. Fase eksplorasi menyediakan kesempatan kepada siswa unuk menggunakan konsep yang telah dikenalnya untuk melatih keterampilan dalam memahami perubahan sifat benda.
Pada kegiatan eksplorasi, guru dapat melakukan penilaian awal yang berkaitan dengan materi perubahan sifat benda. Hal ini dapat dilakukan secara tertulis atau lisan misalnya pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan sifat benda . Tujuannya yaitu untuk menggali pengetahuan awal siswa, melalui pertanyaan yang sesuai pengalaman lingkungan anak atau sesuai materi yang diajarkan. 
Untuk menggali pengetahuan atau pikiran yang ada pada diri siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan seperti: Jika kita lama menyimpan es ditempat terbuka apa yang terjadi dengan es?
Setelah siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut, guru dapat melanjutkan dengan menggali pengetahuan anak tentang perubahan sifat benda Pada kegiatan ini guru membagikan alat peraga untuk mengamati perubahan sifat benda.
Langkah selanjutnya  adalah fase pengenalan konsep perubahan sifat benda  melalui kegiatan atau percobaan. Setelah paham, mintalah siswa untuk melakukan suatu percobaan yang menunjukkan adanya perubahan sifat benda . Seperti; mengapa gula yang padat dipanasi akan berubah menjadi cairan?
Langkah terakhir adalah fase aplikasi konsep. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memantapkan konsep dengan menyelesaikan soal-soal perubahan sifat benda  dengan konsep yang telah dipelajari, siswa mengemukakan permasalahan yang muncul berkaitan dengan konsep, dan siswa menyelesaikan soal-soal yang bervariasi sesuai dengan yang dipelajarinya. Dari tiga fase kegiatan ini, keterlibatan guru dalam memberikan arahan dan bimbingan diminimalkan, bimbingan diberikan apabila siswa mengalami kesulitan.
Tiga fase yang telah dijelaskan di atas, guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisa, dan merangkum sebagai kontribusi pengetahuan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa ,mengiterfasikan persepsi konsep atau pengalaman baru ke dalam skema yang cocok dengan rangsangan atau modifikasi skema sehingga cocok dengan rangsangan tersebut.
B.   Kerangka Berfikir
Berdasarkan kerangka teori untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Metode eksperimen perubahan sifat benda  pada pembelajaran IPA di Kelas V  SDN 01 Mowila   terdiri dari tiga tahapan yaitu : Tahap awal, tahap inti  dan Tahap akhir. 
Untuk lebih jelasnya dapat dilhat pada kerangka pikir meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Metode eksperimen pada pembelajaran IPA di Kelas V  SDN 01 Mowila   

  

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN 

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V   SDN 01 Mowila   yang aktif dan terdaftar pada semester genap Tahun pelajaran  2013/2014   yang berjumlah 30 orang.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan MC Teggart (dalam Soedarsono, 1997) yaitu terdiri atas empat komponen utama yaitu: 1) rencana, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Secara sederhana dapat digambarkan Bagan alur penelitian pembelajaran perubahan sifat-sifat  benda  dengan menggunakan Metode eksperimen sebagai berikut.

Berdasarkan bagan alur pelaksanaan penelitian tindakan yang dilaksanakan terdiri atas: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, maka keempat tahap tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Tindakan
   Perencanaan tindakan adalah persiapan perencanaan pembelajaran perubahan sifat benda dengan mengunakan Metode eksperimen, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyamakan persepsi antara peneliti  dan teman sejawat tentang konsep dan Metode eksperimen dalam pembelajaran perubahan sifat benda.
b. Secara kolaboratif menyusun perencanaan tindakan pembelajaran persiklus 
c. Memahami bahan dan media pembelajaran yang akan digunakan 
d. Menyusun rambu-rambu instrumen data keberhasilan guru maupun instrumen data keberhasilan siswa, berupa format observasi,  tes dan persiapan perekaman kegiatan tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
   Tahap pelaksanaan tindakan adalah dimana mengimplementasikan rencana tindakan yang akan disusun secara kolaboratif, sehingga pada kegiatan penelitian dengan menggunakan Metode eksperimen akan melalui tiga siklus kegiatan. Setiap siklus terdiri dari tiga fase yaitu: 1) rencana tindakan, 2) pelaksanaan, 3) Refleksi..

3. Tahap Refleksi
   Tahap refleksi adalah serangkaian tindakan dalam penelitian yang mencakup kegiatan menganalisis, memahami, menyelesaikan dan menyimpulkan pengamatan. Hasil dari refleksi ini menjadi informasi tentang sesuatu yang terjadi dan yang diperlukan untuk  menjadikan dasar perencanaan selanjutnya. 
   Untuk keberhasilan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek guru dan siswa. keberhasilan dari aspek guru dapat dilihat pada kemampuan mengimplementasikan perencanaan pembelajaran melalui tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan akhri kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Metode eksperimen 
C. Teknik Analisis Data 
Dalam penelitian analisis data dilakukan selama dan setelah penelitian, pada saat refleksi dari setiap tindakan pembelajaran. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Kugurman (1992) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu: 1) menyelidiki data, 2) menyajikan data, 3) menarik kesimpulan dan verifikasi.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data yang berupa nilai hasil ulangan  dan proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, sebagai upaya untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dan satu orang teman sejawat atau berpedoman pada lembar observasi  
2. Tes /Pelaksanaan Tindakan
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes pada setiap akhir tindakan dengan tujuan untuk mengukur setiap hasil percobaan yang diperoleh dalam setiap tindakan dalam pembelajaran.
3. Pengamatan
Pengamatan ini bertujuan untuk kegiatan penelitian dan siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Pada kegiatan pengamatan ini digunakan pedoman observasi.



BAB  IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penilaian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
a. Perencanaan
Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam penelitian tentang materi pokok pada perubahan sifat-sifat benda padat dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V  SD Negeri 01 Mowila maka kegiatan perencanaan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1) Membuat  Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP),
2) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas ketika guru melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen,
3) Menyiapkan alat/media yang akan digunakan dalam pembelajaran,
4) Mendesain alat evaluasi siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus I

b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan  pada hari Selasa, 22  April   2014 Pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dipersiapkan sebagai berikut :
1. Dikegiatan pendahuluan, mengadakan apersepsi (mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan sifat-sifat benda),
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran,
3. Pada kegiatan inti guru membagi siswa kedalam 5 kelompok. 
4. Setiap kelompok memperhatikan alat peraga yang dibagikan oleh guru,
5. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok 
6. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dipelajari, dan selanjutnya siswa disuruh untuk mengerjakan soal tes.


c. Observasi dan Evaluasi
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran merupakan faktor utama dalam setiap aktivitas pembelajaran maka untuk mengamati aktivitas siswa peneliti dibantu oleh seorang observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran, lalu dideskripsikan dalam bentuk rerata, kategori presentase pencapaian secara keseluruhan. 
Pada Tabel aktivitas guru pada  pertemuan I  berada pada kisaran skor 2 sampai 4  dan pada pertemuan 2  sudah ada  peningkatan  yakni telah berada pada kisaran 3 dan 4/  aktivitas guru pada pertemuan I adalah 52,5 %, pada pertemuan 2 adalah  75% dan skor rata rata pada siklus I adalah  63,75%. Tetapi masih terdapat kelemahan  dalam membimbing siswa  melakukan Eksperimen..
   
Berdarkan  data hasil  belajar pada Tabel dalam pembelajaran  siklus I pada pokok  bahasan  perubahan sifat pada benda diperoleh  nilai maksimal  90 dan nilai minimal 50. Dalam  ketuntasan hasil belajar  siswa  untuk pembelajaran  pada  siklus I  tanpak  dari jumlah 30 siswa  yang tuntas   mendapat nilai  > 65  sebanyak 16  siswa  atau  53,33 %.  Sementara siswa yang belum tuntas atau berada < 65 sebanyak 14 siswa atau 46,66 %.  menunjukan  perlu ada refleksi perbaikan pembelajaran  pada siklus berikutnya., karena yang dipersyaratkan dalam penelitiain ini nilai ketuntasan harus di atas 80%.  dari nilai standar kelulusan.

d. Refleksi 
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan diskusi dengan  pengamat untuk merefleksi hasil observasi. Dari hasil observasi , ada beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Guru harus lebih memperhatikan beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran, karena dalam kegiatan ini ada beberapa siswa yang lebih asyik bermain dan bercerita.
2) Guru harus lebih pintar dalam mengkoordinasikan siswa dalam kelompoknya karena ada beberapa siswa yang kurang setuju dengan pembagian kelompoknya, sehingga guru harus lebih berperan dalam memberi penjelasan kepada siswa untuk tidak memilih-milih anggota kelompoknya dan guru harus bisa mengontrol setiap kelompok secara merata pada saat mengerjakan LKS.
3) Pemberian penguatan / penghargaan kepada kelompok atas kinerjanya tidak terlaksana dengan baik, karena pengalokasian waktu yang kurang sistematis, sehingga guru harus lebih pandai dalam mengkoordinasikan kelas dan mengalokasikan waktu dengan baik sesuai dengan scenario pembelajaran, sehingga semua sintaks dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

2. Siklus II
a. Perencanaan
Untuk mempersiapkan  proses perbaikan pembelajaran dalam dalam siklus II  maka kegiatan perencanaan yang dilakukan Guru sebagai berikut:
1) Membuat  Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP),
2) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas ketika guru melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen,
3) Menyiapkan dengan teliti alat/media yang akan digunakan dalam pembelajaran,
4) Memperbaiki  alat evaluasi siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus II

b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan hari Selasa, 29 April  2014     Pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan menggunakan alat peraga adalah sebagai berikut:
1) Dikegiatan pendahuluan, guru membuka pelajaran mengadakan apersepsi 
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran,
3) Pada kegiatan inti guru membagi siswa kedalam 5 kelompok. Membagikan media pembelajaran pada tiap  kelompok,
4) Setiap kelompok memperhatikan alat peraga yang dibagikan oleh guru,
5) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok 
6) Guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dalam LKS,
7) Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa merangkum materi yang telah dipelajari, dan selanjutnya siswa mengerjakan soal tes.

c. Observasi dan Evaluasi
Pada Tabel aktivitas guru pada  pertemuan I  berada pada skor 3 dan pada pertemuian 2  akfivitas guru telah berada pada kisaran 3 dan 4/  Persentase aktivitas guru pada pertemuan I adalah 75 %,  pada pertemuan 2 adalah  85% dan skor rata rata pada siklus I adalah  80 %. 
Berdarkan  data hasil  belajar pada Tabel di atas menunjukan bahwa  dalampembelajaran  siklus II pada pokok  bahasan  perubahan sifat pada benda diperoleh  nilai maksimal  95 dan nilai minimal 55. 
Dalam  ketuntasan hasil belajar  siswa  untuk pembelajaran  pada  siklus II  dari jumlah 30 siswa  yang tuntas   mendapat nilai  > 65  sebanyak 21  siswa  atau  70 %.  siswa yang belum tuntas atau berada < 65 sebanyak 19 siswa atau 30 %.  menunjukan  perlu ada refleksi perbaikan pembelajaran  pada siklus berikutnya., karena yang dipersyaratkan dalam penelitiain ini nilai ketuntasan harus di atas 80%.  Dari nilai standar kelulusan.

d. Refleksi 
Peneliti melaksanakan diskusi dengan  pengamat untuk merefleksi hasil observasi yang dilakukan. Dari hasil observasi , ada beberapa catatan  yang perlu sempurnakan  sebagai berikut:
1) Guru harus menggunakan intonasi yang tepat dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah memahami tujuan yang akan dicapai, 
2) Guru harus lebih fokus dalam membimbing  siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan eksperimen dalam kelompoknya karena ada beberapa siswa yang masih kurang mengerti tentang hasil eksperimen yang telah mereka lakukan, sehingga guru harus lebih berperan dalam memberi penjelasan kepada siswa dan mengontrol setiap kelompok secara merata pada saat mengerjakan LKS.
3) Mengalokasian waktu masih kurang sistematis, sehingga guru harus lebih jeli  dalam mengalokasikan waktu dengan baik sesuai dengan skenario pembelajaran, sehingga tepat waktu dan tepat sasaran

I. Siklus III 
a. Perencanaan
Untuk mempersiapkan  proses perbaikan pembelajaran dalam dalam siklus III  maka kegiatan perencanaan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
1) Membuat  Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP),
2) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas ketika guru melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen,
3) Menyiapkan dengan teliti alat/media yang akan digunakan dalam pembelajaran,
4) Memperbaiki  alat evaluasi  yang digunakan.

b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran siklus III dilaksanakan  hari Selasa,  06 Mei 2014   langkah-langkah pembelajaran direncanakan sebagai berikut:
1) Guru mengadakan apersepsi, 
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran,
3) Pada kegiatan inti guru membagi siswa kedalam 5 kelompok. Membagikan media pembelajaran pada tiap  kelompok,
4) Setiap anggota kelompok mengidentifikasi  media yang dibagikan oleh guru,
5) Dengan bimbingan Guru, setiap kelompok melakukan Eksperimen tentang sifat-sifat benda padat menggunakan alat peraga yang tersedia.
6) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan secara kelompok,
7) Guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dalam LKS,
8) Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dipelajari, dan selanjutnya siswa disuruh untuk mengerjakan soal tes.

c. Observasi dan Evaluasi
Pada siklus III, aktivitas yang diamati menyangkut kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup pelajaran. berdasarkan Tabel rerata skor aktivitas guru dalam proses belajar mengajar yaitu 3,65, atau telah mencapai 91,25% , Hal ini berarti bahwa aktivitas guru dikategorikan sudah sangat baik berdasarkan kriteria keterlaksanaan.
Hasil observasi terhadap guru pada Tabel tersebut menunjukkan, sebagai berikut:
1) Pada kegiatan pendahuluan pembelajaran seperti mempersiapkan siswa untuk belajar, memotivasi siswa untuk belajar, dan menyampaikan tujuan pembelajaran, semuanya terlaksana dengan baik.
2) Pada kegiatan inti seperti menyampaikan informasi awal mengenai materi, membagikan LKS, membimbing siswa secara individual maupun dalam kelompok- kelompok belajar untuk memahami materi (learning community) sudah terlaksana secara sistematis. 
3) Pada kegiatan penutup seperti menyimpulkan tujuan pembelajaran, siswa antusias, guru antusias, waktu sesuai alokasi, dan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pada RPP, semuanya terlaksana dengan baik.
    Berdasarkan analisis data pada Tabel  7 hasil penilaian tes hasil belajar pada siklus III Nampak bahwa siswa yang tuntas sebanyak 28 orang atau 93,6% dan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau 6,6%. Ini Menunjukkan indikator keberhasilan siklus III Karena    sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan disekolah ini.

a. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, terlihat bahwa kegiatan pembelajaran telah berlangsung efektif dan optimal. Pada siklus III, penggunaan metode eksperimen dalam mengajarkan materi sifat-sifat benda cair menjadi lebih baik karena semua tahapan yang tertuang dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) diterapkan secara optimal. Perkembangan kemajuan aktivitas guru selama tiga siklus pembelajaran disajikan dalam Grafik  berikut:



Bedasarkan grafik diatas maka dapat diketahui bahwa presentase aktivitas guru  terjadi peningkatan pada setiap pertemuan. Presentase aktivitas guru siklus I pertemuan pertama sebesar 52,5%, pertemuan kedua sebesar 75%. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama sebesar 75% dan pertemuan kedua sebesar 85%., juga terjadi peningkatan pada siklus III yaitu pertemuan pertama sebesar 85% dan pertemuan kedua sebesar 97,5%
Disamping presentase aktivitas guru dan siswa yang mengalami peningkatan pada setiap pertemuan juga hasil belajar siswa turut mengalami peningkatan baik peningkatan presentase ketuntasan klasikal maupun peningkatan nilai rata-rata.
Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke Siklus II dan ke III disajikan pada grafik berikut:


B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis deskriptif hasil belajar siswa pada siklus I, diperoleh bahwa kemampuan kognitif siswa belum mencapai standar KKM yang diharapkan yaitu 75% siswa memperoleh nilai 67,17. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data siklus I yaitu dengan persentase ketuntasan 53,33%. Oleh karena itu proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. 
Berdasarkan hasil analisis deskriptif hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada materi sifat benda   yang diajarkan dengan menggunakan metode eksperimen. Namun masih belum mencapai hasil maksimal. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis ketuntasan hasil belajar siswa yang belum  mencapai indikator penelitian yaitu 70%, siswa memperoleh nilai 73,5. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data siklus II yaitu dengan persentase ketuntasan 70%. Oleh karena itu proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus III. 
Namun setelah dilakukan perbaikan pada siklus III ternyata terjadi peningkatan yang sangat siknifikan, yang ditandai dengan meningkatnya aktifasi guru mencapai 97,5% dan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 93,6%.
Berdasarkan hasil analisis data siklus I dan II, dan III terlihat bahwa dengan menggunakan Metode eksperimen  dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat – sifat benda.
Abdurahman (2009) menyatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengembangkan metode  pembelajaran, penggunaan metode   pembelajaran yang tepatdapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Peningkatan hasil belajar siswa di tiap siklusnya menjadi gambaran bahwa siswa telah mampu meningkatkan kemampuan kognitifnya dalam hal ini pemahamannya tentang sifat  benda  , sehingga dapat dikatakan penelitian ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.




BAB   V
SIMPULAN DAN SARAN 

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi pokok sifat-sifat benda dikelas V  SD Negeri 01 Mowila dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53,33%  pada siklus II sebesar 70% dan pada siklus III sebesar 93,6% sedangkan rata-rata nilai siklus I sebesar 66,8% , pada siklus II sebesar 73,5%. Dan pada siklus III mencapai 82,5% Selain pada siswa dapat dilihat juga pada guru dimana presentase aktivitas guru pada siklus III mencapai  97,5%.

B. Saran 
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Diharapkan pada guru untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa khususnya pada materi sifat-sifat benda, sebaiknya memperhatikan setiap mata pelajaran agar materi pelajaran yang disajikan kepada siswa menjadi lebih bermakna, yang salah satunya dalam bentuk eksperimen melalui media yang sesuai agar proses pembelajaran berjalan lancar.
2. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam melaksanakan penelitian serupa atau lebih ditingkatkan.
DAFTAR  PUSTAKA

Azhar Arsyat Hamalik. 2006.  Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada

Carr, W. and Kemmis, S. 1986. Becoming Critical Education Knowledge and Action Reserch.Vicoria, Australia:Deakinf Universty Press.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran IPA Kelas V  Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendiddikan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.

Hadidat. 1985. Keterampilan Proses IPA. Jakarta: Depdikbud

Hamalik. 1986. MediaPembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kemmis,& Taggart. 1988. Theaction Research Planner.Deaking University Press.

R. Oktava. 1991.  Meningkatkan Efektivitas Praktikum Sebagai Belajar Fisika. Desember (hal 73-85)

SamatowaUsman, 2006.BagaimanaPembelajaran IPA di SD. Jakarta: Direktorat Dikti dan Direktorat Ketenagaan

Sumantri, Mulyani dkk. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarata: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 

Sumadji. 1991. Peranan Dan Tugas Eksperimen Dalam Menunjang Pendidikan Fisika. (Hal: 73-85)

Soedarsono, 1997. Metodologi Peniltian Tindakan Kelas. Jakarta:PTBumi Aksara.

Wardhani, Sri. 1999/2000. Konstruktivisme Teori dan Implikasinya dalam KBM    Matematika. Paket PembinaanPenataran. Depdiknas: DirjenDikdasmen.