Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Iklan Bar

Contoh Skripsi Hubungan Motivasi Belajar Dengan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX SMP

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan indikator lebih baik. Untuk mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal tidak lepas dari kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Dengan motivasi belajar pada siswa disaat pemberian layanan pembelajaran yang baik tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain pendidik,lingkungan, dan orang tua. Sehingga siswa memegang peranan dalam mencapai disiplin belajar.
Menurut Undang–Undang No. 20 tahun 2003 bahwa Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
  
Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Motivasi menurut Hamalik  (2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Apabila motivasi anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa prestasi yang bersangkutan akan rendah dan besar kemungkinan ia tidak akan mencapai tujuan belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu, siswa akan gagal dalam belajarnya.
Belajar merupakan proses psikologis yang terjadi dalam diri seseorang. Terjadinya belajar pada seseorang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku atau perolehan kemampuan baru pada orang itu, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 2) bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Bagi siswa belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan untuk dirinya, maka inisiatif harus datang dari siswa itu sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, tetapi tenaga untuk menggerakkan harus berasal dari siswa yang belajar dengan demikian keberhasilan belajar siswa akan ditentukan juga oleh sikap siswa dalam belajar. Sikap siswa dalam hal ini tergambar dari kesiapan mental dan kecenderungan siswa untuk mereaksi atau merespon terhadap apa yang akan dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar, siswa perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Siswa, guru dan pengelola pendidikan lain hendaknya mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas prestasi belajar. Siswa diharapkan bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam melaksanakan kewajiban belajarnya yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Karena itu, siswa harus diberi kebebasan dan perlu dilibatkan dalam proses perencanaan kegiatan belajar, disamping itu siswa sebagai subjek belajar senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber dan pendukung kegiatan belajar.
Proses pembelajaran siswa memerlukan suatu yang memungkinkan terjalinnya komunikasi antara komponen, sebagaimana pendapat Sadiman (2006:147) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang optimal selain dipengaruhi oleh komponen-komponen pokok seperti materi, metode yang diterapkan, media yang dipergunakan juga dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu penciptaan situasi sosial kelas yang baik seperti soal hubungan antara guru dan siswa, demikian pula hubungan antara siswa dengan siswa lainnya di dalam maupun di luar kelas. Dalam mengembangkan dan membina situasi sosial kelas yang menguntungkan bagi perkembangan setiap anak, perbedaan aspek-aspek itu bukanlah faktor yang harus dihilangkan, tetapi justru harus dibina untuk memungkinkan setiap anak sebagai individu tumbuh dan berkembang menjadi pribadinya sendiri, membina hubungan yang efektif dan membentuk rasa kebersamaan diantara siswa sebagai stimulus untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Perlu diketahui bahwa motivasi dari guru yang baik akan mendorong semangat siswa dalam berprestasi. Apalagi  dalam proses belajar mengajar kalua tidak didukung oleh motivasi yang baik dari guru di sekolah maka, proses belajar mengajar tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang di harapkan. Khusuanya di SMP Negeri 43 Konawe Selatan yang masi terdapat kurangnya motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu adanya penelitian tentang ‘’ Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 43  Konawe Selatan’’
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.    Bagaimanakah motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan ?
2.    Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan ?
3.    Apakah terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan ?
C.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan.
2.    Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan.
3.    Untuk mengetahui hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan.
D.  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi yang baik kepada pihak-pihak yang bersangkutan antara lain:
1.    Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai penunjang keberhasilan pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
2.    Bagi guru, dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan datang.
3.    Bagi siswa, dapat meningkatkan disiplin dalam belajar, merasa aman, nyaman, dan senang mengikuti mata pelajaran.
4.    Begi penulis, dapat menambah wawasan keilmuwan penulis.
5.    Bagi peniliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang mengangkat permasalahan yang relevan dengan penelitian ini.


E.  Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian adalah :
1.    Motivasi belajar siswa adalah dorongan atau kemauan yang muncul pada siswa baik secara intrinstik maupun secara ekstrinsik untuk melakukan aktivitas belajar dalam proses belajar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang optimal.
2.    Prestasi belajar siswa adalah hasil atau tarap kemampuan yang didapatkan oleh siswa setelah ia mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah dalam kurun waktu yang ditetapkan dan dibuktikan melalui angka-angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru melalu nilai rapor.
3.    Hubungan  motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa adalah efek atau dorongan yang timbul dari dalam diri sehinggah meningkatnya pretasi belajar siswa.    
 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.  Konsep Motivasi Belajar Siswa
Menurut Hamalik (2005: 106) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Sardiman (2006: 73) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi.
Menurut Muhibbin (2008: 136) motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat disebut sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar dan memberi arah sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek dapat tercapai dengan hasil sebaik-baiknya. Dengan adanya motivasi belajar, maka individu akan tergerak untuk belajar dengan sendirinya. Intensitas motivasi individu akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi dalam belajarnya.
Menurut Slameto (2003: 170) motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:80) motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk belajar.
Djamarah (2002: 83) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah kebutuhan seseorang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Selanjutnya Poerwanto (2002: 60) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan suatu perubahan dalam tingkah laku yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dan perubahan itu sifanya permanen.
Djiwandono (2002: 330) mengatakan motivasi belajar adalah prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang diperkuat pada waktu yang lalu barangkali diulang, misalnya siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus diberi hadiah. Sedangkan tingkah laku yang tidak diperkuat atau dihukum akan diulang misalnya siswa yang menyontek akan dihukum.
Hakim (2000: 26) mengemukakan motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.
Winarto (2005: 1) mengemukakan bahwa motivasi adalah kebutuhan mutlak bagi manusia. Motivasi ibarat oksigen bagi jiwa manusia yang ingin terus tumbuh dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sardiman (2001: 73) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Danim (2004: 2) adalah kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial yakni: (1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan menurut Suryabrata (2005: 62) motivasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Walgito (2003: 220) menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Motivasi adalah konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus (Catharina, 2004: 112).
Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disintesiskan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri dan dari luar diri seseorang yang dilakukan dengan sadar untuk mendorong perbuatan sesorang dalam mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Sardiman (2001: 87-89) menggolongkan motivasi menjadi 2 (dua), yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.     Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Motivasi intrinsik pada umumnya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu daripada motivasi ekstrinsik. Hal ini tentu memberi informasi yang sangat berharga bagi pendidikan profesianal. Motivasi ini merupakan dorongan yang datang dari dalan diri siswa, motivasi ini juga disebut motivasi murni, yang termasuk dalam motivasi intrinsik antara lain:
1.    Sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan dalam menghadapi situasi tertentu. Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu perangsang, ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu yang juga berbeda-beda, misalnya bakat, pengalaman, pengetahuan, lingkungan.
2.    Kebiasaan merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan seseorang secara tepat dan seragam. Perbuatan ini diperoleh atau dibentuk melalui proses belajar yang berangsur-angsur. Pada tahap permulaan kebiasaan sulit dilakukan, tetapi melalui proses belajar, kebiasaan akan terbentuk sedemikian rupa, sehingga tanpa disadari apabila ada suatu rangsangan tertentu.
3.    Minat suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat atau motif itu akan bangkit jika ada minat yang besar. Minat itu dapat ditimbulkan dengan berbagai cara antara lain: Memperluas pengetahuan, memperdalam pengetahuan, melengkapi buku-buku pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang menunjang belajar siswa. Hal ini dilakukan agar siswa dapat meningkatkan prestasinya.
4.    Kebutuhan seorang anak akan terdorong untuk belajar apabila ia merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan. Kebutuhan ini akan menimbulkan keadaan untuk pemenuhan dan keinginan tersebut. Dalam kegiatan belajar banyak hal yang dapat dilakukan siswa apabila ia merasa bila belajar itu merupakan kebutuhan yang sangat penting.
b.    Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar. Satu hal yang langsung berkaitan dengan motivasi adalah taraf harapan. Orang yang menetapkan harapan terlalu tinggi mungkin akan mengalami kekecewaan bila mengalami kegagalan, yang selanjutnya akan mematahkan. semangat dan menghilangkan motivasi untuk berbuat sesuatu lagi. Berhubungan dengan hal ini, maka suatu motivasi dari orang lain dibutuhkan sebuah motivasi sebsgai berikut:
a.    Nilai Ulangan
Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil usaha suatu pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa yang memperoleh nilai basil belajar yang baik, akan meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut dengan lebih baik lagi. Kegagalan siswa dalam mengerjakan ulangan kadang juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan belajarnya, yang mana kegagalan belajar itu dapat menjadi cambuk untuk belajar lebih baik lagi.
b.    Kompetisi atau Persaingan
Kompetisi ada dua macam. Pertama, kompetisi dengan prestasi diri, dalam pengertian bahwa individu mengetahuai prestasi yang dicapainya. kemudian berusaha untuk meningkatkan prestasi tersebut. Kedua, kompetisi dengan orang lain, siswa membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan orang lain, sehingga usaha untuk mencapai tujuan makin kuat.
c.    Penghargaan
Pernyataan penghargaan secara verbal terhadap perilaku atau hasil kerja yang baik merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menuju prestasi belajar yang lebih baik lagi. Pernyataan pujian, disamping akan menyenangkan siswa yang bersangkutan, pernyataan verbal tersebut mengandung makna interaktif dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru.
d.   Hukuman
Hukuman digunakan untuk memperbaiki anak yang mempunyai kesalahan, yang malas dan berkelakuan tidak baik.


e.    Arahan Guru
Adanya arahan dari guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, guru rnempunyai peranan yang sangat kuat dalam menciptakan interaksi yang menyenangkan untuk membuat suasana yang sehat dalam kelas. Suasana yang sehat dan menyenangkan itu akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk terciptanya proses belajar, dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi Iebih baik.
f.     Perhatian Orang Tua
Situasi dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Situasi keluarga yang harmonis di mana orang tua dapat merangsang anak untuk belajar dengan baik, akan mendukung prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, keluarga yang broken home akan sangat mengharnbat anak dalam mencapai prestasi yang baik.
g.    Nasehat Sahabat
Anak yang tidak diperhatikan orang tua. cenderung akan berusaha mencari tempat lain dimana mereka bisa memperoleh perhatian dan tempat, apabila mereka masuk ke dalam kelompok yang baik, niscaya akan membuahkan hasil yang baik pula.
h.    Penguatan (Reinforcement)
Penguatan adalah respon terhadap tingkah laku, yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar, bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, baik dalam organisasi maupun penerapannya. Umpamanya tanda persetujuan guru       terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, dan senyuman. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam kegiatan belajar.
Menurut Sardiman (2001: 83) ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi belajar adalah: (a) tekun dalam belajar; (b) ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); (c) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; (d) berprestasi dalam belajar; (d) mandiri dalam belajar; (e) dapat mempertahankan pendapatnya; (f) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (g) tidak pernah mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini; (h) memilki orientasi kedepan; dan (i) senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Menurut Siagian (2004: 146-170) macam-macam teori motivasi :
a.    Teori Kebutuhan sebagai Hirarkhi
Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow berintikan pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan yaitu :
1.    Kebutuhan Fisiologis yaitu kebutuhan untuk menunjang kehidupan manusia seperti makanan, air, pakaian, dan tempat tinggal. Menurut Maslow, jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.
2.    Kebutuhan akan keamanan yaitu kebutuhan untuk terbebas dari bahaya fisik dan rasa takut kehilangan.
3.    Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan untuk diterima sebagai bagian dari yang lain.
4.    Kebutuhan penghargaan yaitu kebutuhan untuk dihargai orang lain. Kebutuhan ini akan menghasilkan kepuasan seperti kuasa, prestis, status dan kebanggaan akan diri sendiri.
5.    Kebutuhan untuk aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan semua kemampuan dan potensi yang dimiliki hingga menjadi orang seperti yang dicita-citakan.
b.    Teori Motivasi-Higiene
Teori Motivasi-Higiene (1997: 23) dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang menyebutkan tiga kebutuhan terendah dalam hirarki kebutuhan Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, dan kebutuhan sosial sebagai faktor ketidakpuasan (dissatisfaction) artinya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut hanya akan menghindarkan seseorang dari ketidakpuasan, namun tidak menghasilkan kepuasan. Sementara dua kebutuhan lainnya yaitu kebutuhan akan penghargan dan aktualisasi diri disebut sebagai faktor kepuasan (satisfaction) yang akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas, jadi bukan ketidakpuasan. Faktor yang pertama selanjutnya disebut sebagai faktor pemeliharaan (hygiene factors) sedangkan yang kedua disebut faktor motivasi (motivational factors). Dari sudut pandang lain, faktor pemeliharaan dapat juga disebut sebagai faktor intrinsik yaitu faktor dalam diri manusia berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan faktor motivasi dapat disebut faktor ekstrinsik yaitu faktor dari luar diri manusia berupa kepemimpinan, dorongan atau bimbingan, dan kondisi lingkungan.

c.    Teori tiga kebutuhan
Teori ini dikemukakan oleh David McCleland (1999: 34) yang berpendapat bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan Tiga jenis kebutuhan yang dimaksud yaitu :
1.    Kebutuhan berprestasi yaitu kebutuhan untuk mendapat prestasi dari setiap hal yang dikerjakan.
2.    Kebutuhan afiliasi yaitu kebutuhan untuk bersahabat atau berinteraksi dengan orang lain.
3.    Kebutuhan memperoleh kekuasaan yaitu kebutuhan yang ada pada suatu persaingan dan menginginkan dirinya mempunyai pengaruh yang besar terhadap orang lain.
Menurut Darsono (2000: 148) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dapat di ikhtisarkan sebagai berikut:
a.    Faktor Internal
Faktor dari dalam yaitu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa. Faktor dari dalam ini meliputi:
1.    Kondisi Fisiologis kondisi ini pada umumnya sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera.
2.    Kondisi Psikologis Kondisi ini mempunyai beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah kecerdasan, minat, bakat, motivasi, emosi, kemampuan kognitif.      
b.    Faktor Eksternal
1.    Kurikulum yang baik, jelas, dan mantap memungkinkan para siswa untuk belajar lebih baik.
2.    Program pendidikan dan pengajaran sekolah yang telah dirincikan dalam suatu kegiatan yang jelas akan memudahkan siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikuti program tersebut.
3.    Fasilitas yang baik akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar. Proses belajar akan mempunyai hasil lebih ketika fasilitas belajar telah dilengkapi.
4.    Guru/Dosen. Kelengkapan dari jumlah dosen/guru dan kualitas dari dosen/guru tersebut akan mempengaruhi proses dan prestasi belajar. Jika setiap dosen memiliki kemampuan, kedisiplinan, dan cara mengajar yang baik akan memungkinkan siswa belajar dengan baik. Sebaliknya ketika guru berkualitas telah disediakan, mahasiswa/siswa harus dapat memanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
Purwanto (2002: 38) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain intelegensi, bakat, minat, emosi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan faktor eksternal antara lain lingkungan (lingkungan alam dan lingkungan sosial) dan instrumental (kurikulum, program pengajaran, sarana dan fasilitas, guru, administrasi, dan manajemen).
Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah (a) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (b) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya. (c) mengarahkan kegiatan belajar. (d) membesarkan semangat belajar. (e) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.
Hamalik, (2001: 161) mengemukakan bahwa motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru sebagai berikut :
a.    Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara, semangat siswa untuk  belajar sampai berhasil.
b.    Motivasi siswa yang bermacam-macam, sehingga guru dapat menggunakan cara-cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
c.    Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara peran seperti: sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau guru pendidik.
d.   Memberi peluang guru untuk kerja keras rekayasa pedagogis.
Jadi, yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini  adalah dorongan yang menggerakkan diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendakinya. Indikator motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekun dalam belajar, ulet dalam menghadapi kesulitan, minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, berprestasi dalam belajar, dan mandiri dalam belajar. Peneliti hanya mengambil 5 indikator motivasi belajar dalam penelitian ini karena lima indikator tersebut sudah dapat mewakili semua indikator motivasi belajar.


B.     Konsep Prestasi Belajar
Belajar menurut pengertian secara popular adalah proses perubahan perilaku relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman atau praktek. Belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Perubahan perilaku yang relatif menetap itu dalam hal pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan yang didapat dari pengalaman tersebut. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan merupakan gejala belajar yang diperoleh melalui proses perubahan dari belum mampu dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.
Muhibbin (2004: 56) berpendapat bahwa belajar adalah aktivitas normal (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat konstan dan berbekas. Sardiman (2001: 21) menyatakan bahwa belajar dalam arti luas dipandang sebagai kegiatan psikis fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penugasan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Dimyati (2002: 9) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Sedang Winkel mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 2004:58).
 Menurut Nasution (2001: 34) belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan selanjutnya Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Darsono (2001: 4) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Belajar merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja. Artinya, seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya.
Menurut Slameto (2003: 15) bahwa ciri-ciri perubahan dalam belajar adalah:
1.    Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan kondisional
2.    Perubahan yang terjadi secara sadar
3.    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4.    Perubahan dalam belajar bersifat permanen
5.    Perubahan dalam belajar memiliki tujuan yang terarah dan
6.    perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dalyono (2005: 51-54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.    Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memilikikemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar.
b.    Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.
c.    Memahami tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat pentingdimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil.
d.   Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
e.    Ulangan dan latihan
Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Kata prestasi berasal dari Belanda “Prestite” yang berarti yang dapat diciptakan atau dihasilkan. Prestasi dapat pula diartikan sebagai suatu tingkatan keberhasilan yang didapat pada akhir suatu kegiatan tertentuh yang sudah dilaksanakan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, Prestasi diartikan sebagai hasil yang diperoleh dari suatu proses pelaksanaan belajar siswa setelah mengalami kegiatan belajar mengajar pada semua bidang studi di sekolah.
Lebih spesifiknya, prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mencari tujuan instruksional yang telah disusun sebelumnya, setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Prestasi biasanya ditujukan dengan angka-angka yang telah diperoleh dari hasil nilai pemberian tes prestasi belajar dan sebagai evaluasi dari proses belajar mengajar tersebut. Prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu:
1.    Kemampuan intelektual
2.    Strategi kognitif
3.    Informasi verbal
4.    Sikap dan
5.    Keterampilan.
Selaras dengan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Untuk mengukur prestasi belajar siswa, guru sebagai evaluator perluh adanya evaluasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana  untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Sesuai dengan pendapat Winkel (1993: 44), bahwa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terbagi atas dua (2) bagian, yakni :
1.    Faktor psikis, meliputi faktor intelektual (motivasi belajar, sikap, dan minat belajar)
2.    Faktor non psikis, meliputi keadaan fisik, yang terdiri dari 3 komponen yakni :
a.    Faktor proses belajar di sekolah, berupa kurikulum, metode mengajar.
b.    Faktor sosial antara lain sistem sosial, status sosial, intereaksi guru dan siswa.
c.    Faktor situasional yaitu, ruangan, waktu, dan tempat. 
Prestasi adalah proses jangka panjang dimana imbalan terbesarnya tidak langsung diterima atau prestasi adalah sebuah hasil yang dicapai oleh seseorang dari sebuah proses pendidikan. Menurut winkel, prestasi adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan sesuai bobot yang dicapainya. Kesempurnaan yang dicapai oleh seseorang dalam berfikir dan berbuat adalah sebuah hasil yang dicapai oleh seseorang dari kegiatan-kegiatan tertentu dan disesuaikan dengan bobot kemampuan seseorang.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil yang dicapai yang berwujud prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berupa : (1) faktor belajar yang berasal dari luar diri si pelajar yaitu lingkungan (lingkungan alami dan lingkungan sosial), instrumental (kurikulum, program, sarana dan guru), (2) faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar faktor fisiologis (kondisi fisik secara umum, kondisi panca indera dan faktor psikologis  (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif, Suryabrata dalam Purwanto (2000: 45).
Sardiman (2001: 50) ; ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: faktor yang berasal dari dalam siswa (internal), faktor internal ini biasanya berupa minat, motivasi, kondisi fisik sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), biasanya berupa : hadiah, guru/dosen, keluarga.
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi belajar yang mempengaruhi perbuatan belajar berasal dari diri anak itu sendiri yang antara lain adalah: motif, kematangan, kondisi jasmani, keadaan alat indera, minat dan kemampuan. Faktor eksternal dalam belajar adalah faktor yang berasal dari luar diri pelajar seperti penghargaan, hadiah, maupun hukuman. Belajar akan lebih berhasil bila individu yang belajar diberikan hadiah yang dapat memperkuat stimulus dan respon. Suatu tingkah laku dalam situasi tertentu memberikan kepuasan kepada siswa selalu  mempengaruhi individu dalam berlajar baik di sekolah dan di luar sekolah. Keadaan udara, cuaca, dan tempat belajar perlu diatur jangan terlalu dingin dan jangan terlalu panas. Disamping itu cahaya juga penting sekali bagi anak-anak yang berjam-jam lamanya harus menulis dan membaca dengan penuh konsentrasi. Ruangan yang tenang memberikan suasana yang gembira dari pada ruangan yang gelap.  Cahaya dapat diperoleh baik dari sebelah kiri maupun sebelah kanan.
Surya, (1996: 327), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut si pembelajar,  proses belajar dan dapat pula dari sudut situasi belajar. Dari sudut si pembelajar (siswa), prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat dan motivasi, penyesuaian diri serta kemampuan berinteraksi siswa.
Sedangkan yang bersumber dari proses belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa untuk belajar. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
C.  Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini serperti penelitian yang dilakukan oleh Sri Widiyah (2013) mengenai hubungan motivasi dengan prestasi belajar siswa kelas SD Negeri I Mowila Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SD Negeri I Mowila Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe. Kontribusi efektif variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa sebesar 78,94 % dengan koefisien korelasi 0,86.
D.  Kerangka Pikir
Motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha mencapai prestasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar. Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar. Kondisi siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sudah tentu tidak mampu menghasilkan prestasi yang memuaskan.
Tabel  1. Kerangka pikir

Untuk lebih lengkapnya lihat dibawah ini