Contoh Skripsi Hubungan Motivasi Belajar Dengan Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX SMP
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara
lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya bidang
pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu
pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan
belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan indikator lebih baik. Untuk
mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal tidak lepas dari kondisi
dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan
daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Dengan motivasi belajar pada siswa
disaat pemberian layanan pembelajaran yang baik tidaklah mudah, banyak faktor
yang mempengaruhinya antara lain pendidik,lingkungan, dan orang tua. Sehingga
siswa memegang peranan dalam mencapai disiplin belajar.
Menurut Undang–Undang
No. 20 tahun 2003 bahwa Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Motivasi menentukan
tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi
sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Motivasi menurut Hamalik (2005:106), adalah suatu perubahan energi dalam
diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi merupakan konsep yang
menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Hal ini dapat diketahui dari
pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan
belajar pada diri anak tersebut. Apabila motivasi anak itu rendah, umumnya
diasumsikan bahwa prestasi yang bersangkutan akan rendah dan besar kemungkinan
ia tidak akan mencapai tujuan belajar. Bila hal ini tidak diperhatikan, tidak
dibantu, siswa akan gagal dalam belajarnya.
Belajar merupakan proses psikologis yang terjadi dalam diri
seseorang. Terjadinya belajar pada seseorang ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku atau perolehan kemampuan baru pada orang itu, hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 2) bahwa belajar adalah proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Bagi siswa belajar menyangkut apa yang harus
dikerjakan untuk dirinya, maka inisiatif harus datang dari siswa itu sendiri.
Guru adalah pembimbing dan pengarah, tetapi tenaga untuk menggerakkan harus
berasal dari siswa yang belajar dengan demikian keberhasilan belajar siswa akan
ditentukan juga oleh sikap siswa dalam belajar. Sikap siswa dalam hal ini
tergambar dari kesiapan mental dan kecenderungan siswa untuk mereaksi atau
merespon terhadap apa yang akan dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar, siswa perlu mengambil
langkah proaktif untuk mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Siswa, guru
dan pengelola pendidikan lain hendaknya mendayagunakan sumber daya pendidikan
yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman masa lalu yang
dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan
kualitas prestasi belajar. Siswa diharapkan bebas mengambil inisiatif dan
kreatif dalam melaksanakan kewajiban belajarnya yang diproyeksikan dapat
mencapai sasaran yang diharapkan. Karena itu, siswa harus diberi kebebasan dan
perlu dilibatkan dalam proses perencanaan kegiatan belajar, disamping itu siswa
sebagai subjek belajar senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber
dan pendukung kegiatan belajar.
Proses pembelajaran siswa memerlukan suatu yang
memungkinkan terjalinnya komunikasi antara komponen, sebagaimana pendapat Sadiman
(2006:147) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang optimal
selain dipengaruhi oleh komponen-komponen pokok seperti materi, metode yang
diterapkan, media yang dipergunakan juga dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu
penciptaan situasi sosial kelas yang baik seperti soal hubungan antara guru dan
siswa, demikian pula hubungan antara siswa dengan siswa lainnya di dalam maupun
di luar kelas. Dalam mengembangkan dan membina situasi sosial kelas yang
menguntungkan bagi perkembangan setiap anak, perbedaan aspek-aspek itu bukanlah
faktor yang harus dihilangkan, tetapi justru harus dibina untuk memungkinkan
setiap anak sebagai individu tumbuh dan berkembang menjadi pribadinya sendiri,
membina hubungan yang efektif dan membentuk rasa kebersamaan diantara siswa
sebagai stimulus untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam proses
belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Perlu diketahui bahwa
motivasi dari guru yang baik akan mendorong semangat siswa dalam berprestasi.
Apalagi dalam proses belajar mengajar
kalua tidak didukung oleh motivasi yang baik dari guru di sekolah maka, proses
belajar mengajar tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang di
harapkan. Khusuanya di SMP Negeri 43 Konawe Selatan yang masi terdapat kurangnya
motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di
atas, maka penulis memandang perlu adanya penelitian tentang ‘’ Hubungan
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan’’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah motivasi belajar siswa
kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan ?
2.
Bagaimanakah prestasi belajar siswa
kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan ?
3.
Apakah terdapat hubungan positif antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan
?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui motivasi belajar siswa
kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan.
2.
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa
kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe Selatan.
3.
Untuk mengetahui hubungan positif antara
motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 43 Konawe
Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi yang
baik kepada pihak-pihak yang bersangkutan antara lain:
1. Bagi
sekolah, dapat dijadikan sebagai penunjang keberhasilan pendidikan serta
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
2.
Bagi guru, dapat dijadikan sebagai
pedoman dan bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan datang.
3.
Bagi siswa, dapat meningkatkan disiplin
dalam belajar, merasa aman, nyaman, dan senang mengikuti mata pelajaran.
4.
Begi penulis, dapat menambah wawasan
keilmuwan penulis.
5.
Bagi peniliti lain, dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan yang mengangkat permasalahan yang relevan dengan
penelitian ini.
E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam
penelitian adalah :
1.
Motivasi belajar siswa adalah dorongan
atau kemauan yang muncul pada siswa baik secara intrinstik maupun secara
ekstrinsik untuk melakukan aktivitas belajar dalam proses belajar untuk
mencapai tujuan dan hasil belajar yang optimal.
2.
Prestasi belajar siswa adalah hasil atau
tarap kemampuan yang didapatkan oleh siswa setelah ia mengikuti kegiatan proses
belajar-mengajar di sekolah dalam kurun waktu yang ditetapkan dan dibuktikan
melalui angka-angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru melalu nilai
rapor.
3.
Hubungan
motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa adalah efek atau dorongan
yang timbul dari dalam diri sehinggah meningkatnya pretasi belajar siswa.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Konsep Motivasi Belajar Siswa
Menurut
Hamalik (2005: 106) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Menurut Sardiman (2006: 73) motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Istilah motivasi mengacu
kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai
situasi.
Menurut Muhibbin (2008: 136) motivasi ialah keadaan
internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat disebut sebagai keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang
menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar dan memberi arah sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subyek dapat tercapai dengan hasil sebaik-baiknya. Dengan
adanya motivasi belajar, maka individu akan tergerak untuk belajar dengan
sendirinya. Intensitas motivasi individu akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi dalam belajarnya.
Menurut Slameto (2003: 170) motivasi adalah suatu
proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah
umum dari tingkah laku manusia. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:80) motivasi
adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan,
kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk
belajar.
Djamarah (2002: 83) mengemukakan bahwa motivasi
belajar adalah kebutuhan seseorang memunculkan kesadaran untuk melakukan
aktivitas belajar. Selanjutnya Poerwanto (2002: 60) menyatakan bahwa motivasi
belajar adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan suatu perubahan dalam tingkah laku yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman, dan perubahan itu sifanya permanen.
Djiwandono (2002: 330) mengatakan motivasi belajar
adalah prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang diperkuat pada waktu yang lalu
barangkali diulang, misalnya siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus
diberi hadiah. Sedangkan tingkah laku yang tidak diperkuat atau dihukum akan
diulang misalnya siswa yang menyontek akan dihukum.
Hakim (2000: 26) mengemukakan motivasi adalah suatu
dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat
ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang
ditimbulkan motif tersebut.
Winarto (2005: 1) mengemukakan bahwa motivasi adalah
kebutuhan mutlak bagi manusia. Motivasi ibarat oksigen bagi jiwa manusia yang
ingin terus tumbuh dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sardiman (2001: 73)
mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Danim
(2004: 2) adalah kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau
mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi
paling tidak memuat tiga unsur esensial yakni: (1) faktor pendorong atau
pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin
dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan menurut Suryabrata (2005: 62) motivasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan
perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Walgito
(2003: 220) menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam individu atau
organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Motivasi adalah konsep yang
menjelaskan alasan seseorang berperilaku. motivasi merupakan proses internal
yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara
terus-menerus (Catharina, 2004: 112).
Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disintesiskan
bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu dorongan yang timbul
dari dalam diri dan dari luar diri seseorang yang dilakukan dengan sadar untuk
mendorong perbuatan sesorang dalam mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Sardiman (2001: 87-89) menggolongkan motivasi
menjadi 2 (dua), yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.
Motivasi Intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang
bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Motivasi intrinsik pada
umumnya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
daripada motivasi ekstrinsik. Hal ini tentu memberi informasi yang sangat
berharga bagi pendidikan profesianal. Motivasi ini merupakan dorongan yang
datang dari dalan diri siswa, motivasi ini juga disebut motivasi murni, yang
termasuk dalam motivasi intrinsik antara lain:
1.
Sikap adalah suatu cara bereaksi
terhadap suatu rangsangan dalam menghadapi situasi tertentu. Tiap orang
mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu perangsang, ini disebabkan
oleh berbagai faktor yang ada pada individu yang juga berbeda-beda, misalnya
bakat, pengalaman, pengetahuan, lingkungan.
2.
Kebiasaan merupakan perbuatan atau
tindakan yang dilakukan seseorang secara tepat dan seragam. Perbuatan ini
diperoleh atau dibentuk melalui proses belajar yang berangsur-angsur. Pada
tahap permulaan kebiasaan sulit dilakukan, tetapi melalui proses belajar,
kebiasaan akan terbentuk sedemikian rupa, sehingga tanpa disadari apabila ada
suatu rangsangan tertentu.
3.
Minat suatu kegiatan akan berjalan
dengan lancar apabila ada minat atau motif itu akan bangkit jika ada minat yang
besar. Minat itu dapat ditimbulkan dengan berbagai cara antara lain: Memperluas
pengetahuan, memperdalam pengetahuan, melengkapi buku-buku pelajaran serta
kegiatan-kegiatan yang menunjang belajar siswa. Hal ini dilakukan agar siswa
dapat meningkatkan prestasinya.
4.
Kebutuhan seorang anak akan terdorong
untuk belajar apabila ia merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan.
Kebutuhan ini akan menimbulkan keadaan untuk pemenuhan dan keinginan tersebut.
Dalam kegiatan belajar banyak hal yang dapat dilakukan siswa apabila ia merasa
bila belajar itu merupakan kebutuhan yang sangat penting.
b.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar. Satu hal yang
langsung berkaitan dengan motivasi adalah taraf harapan. Orang yang menetapkan
harapan terlalu tinggi mungkin akan mengalami kekecewaan bila mengalami
kegagalan, yang selanjutnya akan mematahkan. semangat dan menghilangkan
motivasi untuk berbuat sesuatu lagi. Berhubungan dengan hal ini, maka suatu
motivasi dari orang lain dibutuhkan sebuah motivasi sebsgai berikut:
a.
Nilai Ulangan
Menggunakan
nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil usaha suatu
pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa yang
memperoleh nilai basil belajar yang baik, akan meningkatkan motivasi belajar
siswa tersebut dengan lebih baik lagi. Kegagalan siswa dalam mengerjakan
ulangan kadang juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan belajarnya, yang
mana kegagalan belajar itu dapat menjadi cambuk untuk belajar lebih baik lagi.
b.
Kompetisi atau Persaingan
Kompetisi
ada dua macam. Pertama, kompetisi dengan prestasi diri, dalam pengertian bahwa
individu mengetahuai prestasi yang dicapainya. kemudian berusaha untuk
meningkatkan prestasi tersebut. Kedua, kompetisi dengan orang lain, siswa membandingkan
prestasi yang telah dicapai dengan orang lain, sehingga usaha untuk mencapai
tujuan makin kuat.
c.
Penghargaan
Pernyataan
penghargaan secara verbal terhadap perilaku atau hasil kerja yang baik
merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa menuju prestasi belajar yang lebih baik lagi. Pernyataan pujian,
disamping akan menyenangkan siswa yang bersangkutan, pernyataan verbal tersebut
mengandung makna interaktif dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa
dan guru.
d.
Hukuman
Hukuman
digunakan untuk memperbaiki anak yang mempunyai kesalahan, yang malas dan
berkelakuan tidak baik.
e.
Arahan Guru
Adanya
arahan dari guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, guru
rnempunyai peranan yang sangat kuat dalam menciptakan interaksi yang
menyenangkan untuk membuat suasana yang sehat dalam kelas. Suasana yang sehat
dan menyenangkan itu akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk terciptanya
proses belajar, dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi Iebih baik.
f.
Perhatian Orang Tua
Situasi
dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak di
sekolah. Situasi keluarga yang harmonis di mana orang tua dapat merangsang anak
untuk belajar dengan baik, akan mendukung prestasi belajar yang baik.
Sebaliknya, keluarga yang broken home akan sangat mengharnbat anak dalam
mencapai prestasi yang baik.
g.
Nasehat Sahabat
Anak
yang tidak diperhatikan orang tua. cenderung akan berusaha mencari tempat lain
dimana mereka bisa memperoleh perhatian dan tempat, apabila mereka masuk ke
dalam kelompok yang baik, niscaya akan membuahkan hasil yang baik pula.
h. Penguatan
(Reinforcement)
Penguatan
adalah respon terhadap tingkah laku, yang dapat meningkatkan kemungkinan
terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan
belajar, bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, baik dalam organisasi
maupun penerapannya. Umpamanya tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan
dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, dan senyuman. Motivasi merupakan
faktor yang sangat penting di dalam kegiatan belajar.
Menurut Sardiman (2001: 83) ciri-ciri seseorang yang
memiliki motivasi belajar adalah: (a) tekun dalam belajar; (b) ulet dalam
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa); (c) minat dan ketajaman perhatian
dalam belajar; (d) berprestasi dalam belajar; (d) mandiri dalam belajar; (e)
dapat mempertahankan pendapatnya; (f) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin;
(g) tidak pernah mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini; (h) memilki
orientasi kedepan; dan
(i) senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Menurut
Siagian (2004: 146-170) macam-macam teori motivasi :
a.
Teori Kebutuhan sebagai Hirarkhi
Keseluruhan
teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow berintikan pendapat yang
mengatakan bahwa kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan pada lima hirarki
kebutuhan yaitu :
1.
Kebutuhan Fisiologis yaitu kebutuhan
untuk menunjang kehidupan manusia seperti makanan, air, pakaian, dan tempat
tinggal. Menurut Maslow, jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka
kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.
2.
Kebutuhan akan keamanan yaitu kebutuhan
untuk terbebas dari bahaya fisik dan rasa takut kehilangan.
3.
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk
bergaul dengan orang lain dan untuk diterima sebagai bagian dari yang lain.
4.
Kebutuhan penghargaan yaitu kebutuhan
untuk dihargai orang lain. Kebutuhan ini akan menghasilkan kepuasan seperti
kuasa, prestis, status dan kebanggaan akan diri sendiri.
5.
Kebutuhan untuk aktualisasi diri yaitu kebutuhan
untuk mengaktualisasikan semua kemampuan dan potensi yang dimiliki hingga
menjadi orang seperti yang dicita-citakan.
b.
Teori Motivasi-Higiene
Teori
Motivasi-Higiene (1997: 23) dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang
menyebutkan tiga kebutuhan terendah dalam hirarki kebutuhan Maslow yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, dan kebutuhan sosial sebagai faktor
ketidakpuasan (dissatisfaction) artinya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tersebut hanya akan menghindarkan seseorang dari ketidakpuasan, namun tidak
menghasilkan kepuasan. Sementara dua kebutuhan lainnya yaitu kebutuhan akan
penghargan dan aktualisasi diri disebut sebagai faktor kepuasan (satisfaction)
yang akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas, jadi bukan ketidakpuasan.
Faktor yang pertama selanjutnya disebut sebagai faktor pemeliharaan (hygiene
factors) sedangkan yang kedua disebut faktor motivasi (motivational
factors). Dari sudut pandang lain, faktor pemeliharaan dapat juga disebut
sebagai faktor intrinsik yaitu faktor dalam diri manusia berupa sikap,
kepribadian, pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan
faktor motivasi dapat disebut faktor ekstrinsik yaitu faktor dari luar diri
manusia berupa kepemimpinan, dorongan atau bimbingan, dan kondisi lingkungan.
c.
Teori tiga kebutuhan
Teori
ini dikemukakan oleh David McCleland (1999: 34) yang berpendapat bahwa
pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari setiap orang
mempunyai tiga jenis kebutuhan Tiga jenis kebutuhan yang dimaksud yaitu :
1.
Kebutuhan berprestasi yaitu kebutuhan
untuk mendapat prestasi dari setiap hal yang dikerjakan.
2.
Kebutuhan afiliasi yaitu kebutuhan untuk
bersahabat atau berinteraksi dengan orang lain.
3.
Kebutuhan memperoleh kekuasaan yaitu
kebutuhan yang ada pada suatu persaingan dan menginginkan dirinya mempunyai
pengaruh yang besar terhadap orang lain.
Menurut Darsono (2000: 148)
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dapat di ikhtisarkan sebagai
berikut:
a. Faktor
Internal
Faktor dari dalam yaitu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar yang berasal dari siswa. Faktor dari dalam ini meliputi:
1.
Kondisi Fisiologis kondisi ini pada
umumnya sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan tidak kalah
pentingnya adalah kondisi panca indera.
2.
Kondisi Psikologis Kondisi ini mempunyai
beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi
belajar adalah kecerdasan, minat, bakat, motivasi, emosi, kemampuan kognitif.
b. Faktor
Eksternal
1. Kurikulum
yang baik, jelas, dan mantap memungkinkan para siswa untuk belajar lebih baik.
2. Program
pendidikan dan pengajaran sekolah yang telah dirincikan dalam suatu kegiatan
yang jelas akan memudahkan siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk
mengikuti program tersebut.
3. Fasilitas
yang baik akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar. Proses belajar akan
mempunyai hasil lebih ketika fasilitas belajar telah dilengkapi.
4. Guru/Dosen.
Kelengkapan dari jumlah dosen/guru dan kualitas dari dosen/guru tersebut akan
mempengaruhi proses dan prestasi belajar. Jika setiap dosen memiliki kemampuan,
kedisiplinan, dan cara mengajar yang baik akan memungkinkan siswa belajar
dengan baik. Sebaliknya ketika guru berkualitas telah disediakan,
mahasiswa/siswa harus dapat memanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
Purwanto (2002: 38) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal antara lain intelegensi, bakat, minat, emosi, dan kemampuan
kognitif. Sedangkan faktor eksternal antara lain lingkungan (lingkungan alam
dan lingkungan sosial) dan instrumental (kurikulum, program pengajaran, sarana
dan fasilitas, guru, administrasi, dan manajemen).
Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah (a)
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (b)
menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman
sebaya. (c) mengarahkan kegiatan belajar. (d) membesarkan semangat belajar. (e)
menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.
Hamalik, (2001: 161) mengemukakan bahwa motivasi
belajar juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang
motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru sebagai berikut :
a.
Membangkitkan, meningkatkan, dan
memelihara, semangat siswa untuk belajar
sampai berhasil.
b.
Motivasi siswa yang bermacam-macam,
sehingga guru dapat menggunakan cara-cara untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa.
c.
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk
memilih satu diantara peran seperti: sebagai penasihat, fasilitator,
instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau guru pendidik.
d.
Memberi peluang guru untuk kerja keras
rekayasa pedagogis.
Jadi, yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam
penelitian ini adalah dorongan yang
menggerakkan diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar untuk mencapai suatu
tujuan yang dikehendakinya. Indikator motivasi belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tekun dalam belajar, ulet dalam menghadapi kesulitan,
minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, berprestasi dalam belajar, dan
mandiri dalam belajar. Peneliti hanya mengambil 5 indikator motivasi belajar
dalam penelitian ini karena lima indikator tersebut sudah dapat mewakili semua
indikator motivasi belajar.
B. Konsep Prestasi Belajar
Belajar
menurut pengertian secara popular adalah proses perubahan perilaku relatif
menetap sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman atau praktek. Belajar
merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Perubahan perilaku yang relatif menetap itu dalam hal
pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan yang
didapat dari pengalaman tersebut. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan merupakan
gejala belajar yang diperoleh melalui proses perubahan dari belum mampu dan
proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.
Muhibbin (2004: 56) berpendapat bahwa belajar adalah
aktivitas normal (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan
itu bersifat konstan dan berbekas. Sardiman (2001: 21) menyatakan bahwa belajar
dalam arti luas dipandang sebagai kegiatan psikis fisik menuju ke perkembangan
pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha
penugasan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Dimyati (2002: 9) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya
menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami
perubahan tingkah laku. Sedang Winkel mendefinisikan belajar adalah suatu
aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan
berbekas (Winkel, 2004:58).
Menurut
Nasution (2001: 34) belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman
dan latihan selanjutnya Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Darsono (2001: 4) belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap.
Belajar merupakan peristiwa yang terjadi secara
sadar dan disengaja. Artinya, seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar
pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi
perubahan pada dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja
dilakukannya.
Menurut Slameto (2003: 15) bahwa ciri-ciri perubahan
dalam belajar adalah:
1.
Perubahan dalam belajar bersifat
kontinyu dan kondisional
2.
Perubahan yang terjadi secara sadar
3.
Perubahan dalam belajar bersifat positif
dan aktif
4.
Perubahan dalam belajar bersifat
permanen
5.
Perubahan dalam belajar memiliki tujuan
yang terarah dan
6.
perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku.
Dalyono
(2005: 51-54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.
Kematangan jasmani dan rohani
Salah
satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani
sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah
sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah
memilikikemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar.
b.
Memiliki kesiapan
Setiap
orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang
cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.
c.
Memahami tujuan
Setiap
orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa
manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat pentingdimiliki oleh orang belajar
agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil.
d.
Memiliki kesungguhan
Orang
yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa
kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
e.
Ulangan dan latihan
Prinsip
yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari
perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar
dilupakan.
Berdasarkan pengertian
di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang
yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan
di dalam proses belajar.
Kata
prestasi berasal dari Belanda “Prestite”
yang berarti yang dapat diciptakan atau dihasilkan. Prestasi dapat pula
diartikan sebagai suatu tingkatan keberhasilan yang didapat pada akhir suatu
kegiatan tertentuh yang sudah dilaksanakan. Dalam kamus Bahasa Indonesia,
Prestasi diartikan sebagai hasil yang diperoleh dari suatu proses pelaksanaan
belajar siswa setelah mengalami kegiatan belajar mengajar pada semua bidang
studi di sekolah.
Lebih
spesifiknya, prestasi belajar dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mencari tujuan instruksional yang telah disusun sebelumnya, setelah kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan. Prestasi biasanya ditujukan dengan angka-angka
yang telah diperoleh dari hasil nilai pemberian tes prestasi belajar dan
sebagai evaluasi dari proses belajar mengajar tersebut. Prestasi belajar dibedakan
menjadi lima aspek, yaitu:
1.
Kemampuan intelektual
2.
Strategi kognitif
3.
Informasi verbal
4.
Sikap dan
5.
Keterampilan.
Selaras dengan pendapat di atas,
belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya
kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Untuk
mengukur prestasi belajar siswa, guru sebagai evaluator perluh adanya evaluasi
baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Tes
prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan
sesorang dalam belajar. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara
terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Sesuai dengan
pendapat Winkel (1993: 44), bahwa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
terbagi atas dua (2) bagian, yakni :
1.
Faktor psikis, meliputi faktor intelektual
(motivasi belajar, sikap, dan minat belajar)
2.
Faktor non psikis, meliputi keadaan fisik,
yang terdiri dari 3 komponen yakni :
a. Faktor proses belajar di sekolah, berupa kurikulum, metode mengajar.
b. Faktor sosial antara lain sistem sosial, status sosial, intereaksi guru
dan siswa.
c. Faktor situasional yaitu, ruangan, waktu, dan tempat.
Prestasi adalah proses jangka panjang
dimana imbalan terbesarnya tidak langsung diterima atau prestasi adalah sebuah
hasil yang dicapai oleh seseorang dari sebuah proses pendidikan. Menurut
winkel, prestasi adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang dalam melakukan kegiatan sesuai bobot yang dicapainya. Kesempurnaan
yang dicapai oleh seseorang dalam berfikir dan berbuat adalah sebuah hasil yang
dicapai oleh seseorang dari kegiatan-kegiatan tertentu dan disesuaikan dengan
bobot kemampuan seseorang.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil yang
dicapai yang berwujud prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berupa : (1) faktor belajar
yang berasal dari luar diri si pelajar yaitu lingkungan (lingkungan alami dan
lingkungan sosial), instrumental (kurikulum, program, sarana dan guru), (2)
faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar faktor fisiologis (kondisi fisik
secara umum, kondisi panca indera dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan
kemampuan kognitif, Suryabrata dalam Purwanto (2000: 45).
Sardiman (2001: 50) ; ada dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu: faktor yang berasal dari dalam siswa
(internal), faktor internal ini biasanya berupa minat, motivasi, kondisi fisik
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), biasanya berupa
: hadiah, guru/dosen, keluarga.
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi belajar yang mempengaruhi
perbuatan belajar berasal dari diri anak itu sendiri yang antara lain adalah:
motif, kematangan, kondisi jasmani, keadaan alat indera, minat dan kemampuan.
Faktor eksternal dalam belajar adalah faktor yang berasal dari luar diri
pelajar seperti penghargaan, hadiah, maupun hukuman. Belajar akan lebih
berhasil bila individu yang belajar diberikan hadiah yang dapat memperkuat
stimulus dan respon. Suatu tingkah laku dalam situasi tertentu memberikan
kepuasan kepada siswa selalu mempengaruhi individu dalam berlajar baik di
sekolah dan di luar sekolah. Keadaan udara, cuaca, dan tempat belajar perlu
diatur jangan terlalu dingin dan jangan terlalu panas. Disamping itu cahaya
juga penting sekali bagi anak-anak yang berjam-jam lamanya harus menulis dan
membaca dengan penuh konsentrasi. Ruangan yang tenang memberikan suasana yang
gembira dari pada ruangan yang gelap.
Cahaya dapat diperoleh baik dari sebelah kiri maupun sebelah kanan.
Surya, (1996: 327), menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang, antara lain dari sudut si pembelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut
situasi belajar. Dari sudut si pembelajar (siswa), prestasi belajar seseorang
dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan jasmani siswa, kecerdasan, bakat,
minat dan motivasi, penyesuaian diri serta kemampuan berinteraksi siswa.
Sedangkan yang bersumber dari proses
belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat
menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran dengan
baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mampu mengelola
kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuh kembangkan motivasi
belajar siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap
prestasi belajar siswa untuk belajar. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi
situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
C. Penelitian
Yang Relevan
Beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian ini serperti penelitian yang
dilakukan oleh Sri Widiyah (2013) mengenai hubungan motivasi dengan prestasi
belajar siswa kelas SD Negeri I Mowila Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe
Selatan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SD Negeri I
Mowila Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe. Kontribusi efektif variabel motivasi
belajar dengan prestasi belajar siswa sebesar 78,94 % dengan koefisien korelasi
0,86.
D. Kerangka Pikir
Motivasi belajar adalah dorongan
yang ada pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar
sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha mencapai prestasi belajar yang
tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan
semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mereka biasanya kelihatan
lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar dan aktif
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas.
Siswa yang memiliki motivasi belajar
yang tinggi akan lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang
lebih tinggi dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik, dibandingkan
dengan siswa yang kurang atau tidak memiliki motivasi belajar. Mereka yang
tidak memiliki motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah
dalam belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian
terhadap pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak berpartisipasi aktif dalam
belajar. Kondisi siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sudah tentu tidak mampu
menghasilkan prestasi yang memuaskan.
Tabel 1. Kerangka pikir
Untuk lebih lengkapnya lihat dibawah ini
Untuk lebih lengkapnya lihat dibawah ini