MENINGKATKAN MINAT BELAJAR AL-QUR’AN HADIS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) PADA SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
D. Manfaat Penelitian
adapun manfaat penalitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi siswa, yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi isi pokok ajaran Al-Qur’an
2) Bagi guru, yaitu dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas, sehingga materi pelajaran Al-Qur’an Hadis dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
3) Bagi sekolah, yaitu hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah karena dapat memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antara komponen pendidik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tujuan Pendidikan di Sekolah
Tujuan pendidikan di sekolah harus mampu mendukung kompetensi tamatan sekolah, yaitu pengetahuan nilai, sikap, dan kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan di Negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yaitu menitik beratkan pada model belajar koversional seperti ceramah, sehingga kurang mampu merangsang siswa yang terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (Suwarna, 1991; Jarolimek, 1967).
B. Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya atau karakteristik orang sejak lahir. Belajar menurut Skinner (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007:5) mengartikan sebagai suatu proses adaptasi dan penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menuntut ilmu bukanlah suatu hal yang asing bagi kita, sejak lahir ketika berumur 0 tahun sampai saat ini kita masih terus menimbah dan menggali dari semua sumber ilmu itu berada, kendatipun untuk mendapatkan ilmu itu tidak semudah yang kita banyangkan, ketika kita terlahir kedunia jangankan ilmu, selembar benangpun untuk digunakan sebagai penahan hawa dingin tidak kita miliki. Sejalan dengan perputaran waktu pengetahuan kita mulai terisi dengan ilmu-ilmu baru dan keingin tahuan kita terus meningkat dan kehausan akan ilmu menjadikan kita terus bergerak dan mencari demi mendapatkan ilmu yang diharapkan baik secara formal maupun non formal.
Dalam pendidikan formal mualai dari TK, SD, SMP saat ini tidak terdapat masalah yang dalam menempuh bangku pendidikan, disamping letak dan kondisi sekolah-sekolah tersebut cukup mendukung pemeringtah juga telah membebaskan anggaran sekolah kepada setiap siswanya. Yang menjadi kendala adalah kelanjutan menempuh sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Hal inilah yang menjadi bahan pertanyaan bagi seorang anak yang baru menyelesaikan studinya di bangku Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama. “Kemanakah sekarang aku harus lanjutkan pendidikan?”, Sekolah Menengah Umum (SMU) cukup jauh dari tempat tinggal, belum lagi persiapan dana untuk sekolah cukup berat bagi orang tua. Hal-hal semacam inilah yang kadang dijadikan alternatif seorang anak untuk mencari sekolah yang dapat di jangkau oleh ekonomi keluarga.
Di Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2006 telah didirikan sebuah sekolah yang bernama Madrasah Aliyah oleh Yayasan Agama Islam DDI Alhidayah Lamooso oleh Bapak Al Asri, S.PdI, yang untuk tahun ajaran 2012-2013 memiliki siswa sebanyak 67 orang siswa.
Sebagai sekolah yang setara dengan sekolah menengah umum lainnya, Madrasah Aliyah DDI Lamooso juga menjadi alternatif lain sebagai tempat melanjutkan studi pendidikan.
Sebagai sekolah yang setara dengan sekolah menengah umum lainnya, Madrasah Aliyah DDI Lamooso juga menjadi alternatif lain sebagai tempat melanjutkan studi pendidikan.
Adi misalnya, yang menamatkan bangku sekolah dasar di SDN dekat rumahnya lalu masuk ke SMPN, kendatipun sekolah ini agak jauh dari rumah tetapi masih dapat dijangkau dengan berjalan kaki selama 30 menit, akan tetapi ketika hendak melanjutkan sekolah ke SMU, sanggupkan Adi untuk melanjutkannya?, sementara beban keluarga cukup banyak?. “Alhamdulillah”, Adi ucapkan karena tidak jauh dari rumah telah berdiri sekolah Agama yakni Madrasah Aliyah. Maka dengan bekal Ijazah SMP Negeri Adi berangkatlah mendaftarkan di untuk menjadi salah satu siswa di Madrasah Aliyah.
Akan tetapi setelah mengetahui mata pelajaran yang akan di hadapinya maka berfikirlah Adi, “Sanggupkah saya melalui semua ini, sementara saya tidak mempunyai bekal yang cukup dari sekolah saya yang dulu? Kalau pelajaran umum lainnya tidak ada masalah, akan tetapi pelajaran agamanya sudah terbagi lagi menjadi beberapa bagian, salah satunya Al-Qur’an Hadis”. Kisah ini tentunya bukan cuma kisah Adi semata, masih banyak lagi siswa-siswa yang melanjutkan sekolahnya di Madrasah
Aliyah yang berasal dari SMP.
Dalam proses pendidikan di Sekolah Madrasah tentunya banyak masalah yang dapat terjadi, sulitnya menyampaikan pesan pendidikan kepada siswa di kelas merupakan tantang bagi semua guru, begitupula siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan dari guru haruslah bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat didalam proses pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan selalu menjadi harapan para guru untuk mencapai keberhasilannya dalam melaksanakan tugasnya didalam pembelajaran. Dapat dikatakan Guru Bidang Studi Al-Qur’an Hadis Kelas X DDI Alhidayah pada suatu proses pembelajaran menggunakan media belajar serta metode pembelajaran dalam membantu proses pembelajaran.
Permasalahan yang terjadi dikelas X DDI Alhidayah adalah kurangnya pemahaman siswa tentang mata pelajaran Al-Qur’an Hadis khususnya pada materi isi pokok ajaran Al-Qur’an. Hal ini terbukti bila diadakan ulangan harian siswa tentang materi isi pokok ajaran Al-Qur’an lebih rendah dari pada pokok bahasan lain pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis.
Berangkat dari niat yang ikhlas penulis hendak melakukan penelitian dan bentuk Penelitian Tindakan Kelas guna mengetahui sejauhmana pemahaman belajar siswa terhadap mata pelajaran Al-qur’an Hadis di Kelas X Madrasah Aliyah DDI Lamooso.
Yang melatar belakangi penelitian ini adalah berangkat dari hasil wawancara dengan guru Bidang Studi Al-Quran Hadis di Madrasah Aliyah DDI Lamooso dan observasi pada saat pembelajaran Al-Qur’an Hadis. Beliau mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa kelas X khususnya pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis kurang memuaskan, hal ini ditunjukkan dengan nilai yang didapat setiap diadakan ulangan banyak yang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah.
Dilanjutkan dengan melakukan observasi pembelajaran, terlihat bahwa siswa kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru, mereka lebih mementingkan hal lain dari pada belajar dan ketika dilakukan pos tes dari 32 jumlah siswa keseluruhan yang dinyatakan tuntas hanya 6 siswa dan yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 26 siswa atau sebesar 81,25 %.
Penggunaan metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelasainnya dengan dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulan. Seperti apa yang ungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain bahwa, Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
5. Menarik kesimpulan.
2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
5. Menarik kesimpulan.
Keunggulan-keunggulan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah:
a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan tehnik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
d) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
(Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Kelemahan-kelemahan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah:
a) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 93.)
B. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang diatas maka permasalahan yang timbul adalah:
1) Bagaimanakah perencanaan metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis pada siswa Kelas X Madrasah Aliyah DDI Lamooso?,
2) Bagaimanakah pelaksanaan metode Problem Solving dalam meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis pada siswa kelas X Madrasah Aliyah DDI Lamooso?,
3) Bagaimanakah penilaian metode Problem Solving dalam meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis pada siswa kelas X Madrasah Aliyah DDI Lamooso?.
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis dengan menggunakan metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) pada siswa kelas X Madrasah Aliyah DDI Alhidayah Lamooso.
b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
d) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
(Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Kelemahan-kelemahan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah:
a) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 93.)
B. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang diatas maka permasalahan yang timbul adalah:
1) Bagaimanakah perencanaan metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis pada siswa Kelas X Madrasah Aliyah DDI Lamooso?,
2) Bagaimanakah pelaksanaan metode Problem Solving dalam meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis pada siswa kelas X Madrasah Aliyah DDI Lamooso?,
3) Bagaimanakah penilaian metode Problem Solving dalam meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis pada siswa kelas X Madrasah Aliyah DDI Lamooso?.
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis dengan menggunakan metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) pada siswa kelas X Madrasah Aliyah DDI Alhidayah Lamooso.
D. Manfaat Penelitian
adapun manfaat penalitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi siswa, yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi isi pokok ajaran Al-Qur’an
2) Bagi guru, yaitu dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas, sehingga materi pelajaran Al-Qur’an Hadis dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
3) Bagi sekolah, yaitu hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah karena dapat memacu tumbuhnya semangat kolaborasi antara komponen pendidik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tujuan Pendidikan di Sekolah
Tujuan pendidikan di sekolah harus mampu mendukung kompetensi tamatan sekolah, yaitu pengetahuan nilai, sikap, dan kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan di Negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yaitu menitik beratkan pada model belajar koversional seperti ceramah, sehingga kurang mampu merangsang siswa yang terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (Suwarna, 1991; Jarolimek, 1967).
B. Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya atau karakteristik orang sejak lahir. Belajar menurut Skinner (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007:5) mengartikan sebagai suatu proses adaptasi dan penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007:5) mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan, atau kedaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).
Menurut Bruner (dalam Slameto, 2003:11) mengatakan bahwa belajar tidak untuk mengubah kurikulum menjadi sedemikian rupa sehhingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Menurut pendapat Bruner alangkah baiknya jika sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Selanjutnya teori belajar menurut Piaget (dalam Slameto, 2003:12) mengemukakan bahwa anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa, perkembangan anak melalui tahapan-tahapan tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ketahap yang lain tidak selalu sama pada setiap anak.
Gagne (dalam Slameto, 2003:13) memberikan dua definisi terhadap masalah belajar, yaitu:
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku;
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku;
Belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Sutikno (dalam Sumadi, 2010:5) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. C.T. Morgan (dalam Fathurrohmandan M. Sobry, 2007:6) merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relative dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Sutikno (dalam Sumadi, 2010:5) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. C.T. Morgan (dalam Fathurrohmandan M. Sobry, 2007:6) merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relative dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Gagne (1977) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku (pebelajar) yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, nilai dan perubahan/peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Perubahan tingkah laku yang dimaksud (yang meliputi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai) harus bertahan lama dalam jangka tertentu.
Menurut depdiknas (2002), mengajar seyogyanya dipandang sebagai suatu upaya atau proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk membuat para siswanya belajar. Pandangan ini mengandung pengertian bahwa mengajar adalah upaya atau proses penataan dan pemanfaatan lingkungan dan sumber belajar serta menciptakan interaksi edukatif agar siswa dapat belajar dalam kondisi dan susasana aktif, kreatif, asyik dan menyenangkan, dengan demikian, mengajar sesungguhnya adalah membuat siswa belajar. Mempersiapkan dirinya menjalani kehidupan dan menjadikan manusia yang seutuhnya. Hakikatnya mengajar adalah membuat siswa dapat belajar sepanjang hayat.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar dan Mengajar
Belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal peserta didik.Faktor internal (dari dalam diri peserta didik) meliputi antara lain, bakat, minat, motivasi, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual), sikap serta latar belakang sosial budaya. Sedangkan faktor eksternal meliputi antara lain tujuan pembelajaran, materi.
D. Kondisi Pembelajaran di Sekolah
Disekolah saat ini, adalah indikasi bahwa pola pembelajaran bersifat teacher centered. Kecenderungan pembelajaran demikian, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak optimal. Kesan menonjolnya verbalisme dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masih terlalu kuat.Hasil peneltian Rofi’uddin (1990) tentang interaksi kelas di sekolah dasar menunjukkan bahwa 95% interaksi kelas dikuasi oleh guru.Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam interaksi kelas berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kategori rendah.
Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di sekolah saat ini adalah dengan menerapkan metode/strategi pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan agar para siswa dapat mengembangkan potensi dan hasil belajarnya secara optimal.
Kemampuan guru dalam performa pembelajaran merupakan seperangkat perilaku nyata guru waktu memberikan pelajaran kepada siswanya, mencakup: membuka pelajaran, melaksanakan pelajaran dan menutup pelajaran.
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana kesiapan mental dan menumbuhkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari. Membuka pelajaran berarti mempersiapkan siswa belajar.
Kemampuan mengakhiri atau menutup pelajaran merupakan kegiatan guru baik akhir jam pelajaran maupun pada setiap penggalan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar siswa memperoleh gambaran secara umum terdiri atas kegiatan-kegiatan meninjau kembali dan mengevaluasi.Meninjau kembali pelajaran mencakup kegiatan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, sedangkan mengevaluasi pejaran merupakan kegiatan untuk mengetahui adanya pengembangan wawasan siswa setelah pelajaran atau penggal kegiatan belajar berakhir.
BAB III
METODE/PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di Madarasah Aliyah DDI Alhidayah Lamooso, Tepatnya Bulan September 2012 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis.
B. Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa yang berada di Kelas X yang berjumlah 32 orang terdiri dari 25 Laki-laki dan 7 Perempuan.
C. Faktor Yang Diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1) Faktor guru
Aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan metode pembelajaran demonstrasi, pendekatan lingkungan, yang diitung menggunakan lembar observasi aktivitas guru.
2) Faktor siswa
- Aktifitas siswa dalam proses pembelejaran menggunakan lembar obsevasi.
- Aktifitas siswa dan hasil belajar siswa pada materi.
- Hasil tes setiap akhir siklus.
D. Rencana Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan ini dilaksanakan direncanakan dalam tiga siklus, akan tetapi jika dalam pelaksanaan siklus I, tingkat keberhasilan siswa telah memenuhi SKNM maka pelaksanaan siklus berikutnya tidak dilanjutkan.
Masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Adapun langkah-langkah pada pada siklus penelitian ini adalah:
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar dan Mengajar
Belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal peserta didik.Faktor internal (dari dalam diri peserta didik) meliputi antara lain, bakat, minat, motivasi, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual), sikap serta latar belakang sosial budaya. Sedangkan faktor eksternal meliputi antara lain tujuan pembelajaran, materi.
D. Kondisi Pembelajaran di Sekolah
Disekolah saat ini, adalah indikasi bahwa pola pembelajaran bersifat teacher centered. Kecenderungan pembelajaran demikian, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak optimal. Kesan menonjolnya verbalisme dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masih terlalu kuat.Hasil peneltian Rofi’uddin (1990) tentang interaksi kelas di sekolah dasar menunjukkan bahwa 95% interaksi kelas dikuasi oleh guru.Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam interaksi kelas berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kategori rendah.
Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di sekolah saat ini adalah dengan menerapkan metode/strategi pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan agar para siswa dapat mengembangkan potensi dan hasil belajarnya secara optimal.
Kemampuan guru dalam performa pembelajaran merupakan seperangkat perilaku nyata guru waktu memberikan pelajaran kepada siswanya, mencakup: membuka pelajaran, melaksanakan pelajaran dan menutup pelajaran.
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana kesiapan mental dan menumbuhkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari. Membuka pelajaran berarti mempersiapkan siswa belajar.
Kemampuan mengakhiri atau menutup pelajaran merupakan kegiatan guru baik akhir jam pelajaran maupun pada setiap penggalan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar siswa memperoleh gambaran secara umum terdiri atas kegiatan-kegiatan meninjau kembali dan mengevaluasi.Meninjau kembali pelajaran mencakup kegiatan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, sedangkan mengevaluasi pejaran merupakan kegiatan untuk mengetahui adanya pengembangan wawasan siswa setelah pelajaran atau penggal kegiatan belajar berakhir.
BAB III
METODE/PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di Madarasah Aliyah DDI Alhidayah Lamooso, Tepatnya Bulan September 2012 pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis.
B. Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa yang berada di Kelas X yang berjumlah 32 orang terdiri dari 25 Laki-laki dan 7 Perempuan.
C. Faktor Yang Diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1) Faktor guru
Aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan metode pembelajaran demonstrasi, pendekatan lingkungan, yang diitung menggunakan lembar observasi aktivitas guru.
2) Faktor siswa
- Aktifitas siswa dalam proses pembelejaran menggunakan lembar obsevasi.
- Aktifitas siswa dan hasil belajar siswa pada materi.
- Hasil tes setiap akhir siklus.
D. Rencana Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan ini dilaksanakan direncanakan dalam tiga siklus, akan tetapi jika dalam pelaksanaan siklus I, tingkat keberhasilan siswa telah memenuhi SKNM maka pelaksanaan siklus berikutnya tidak dilanjutkan.
Masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Adapun langkah-langkah pada pada siklus penelitian ini adalah: